Floresa.co – Status Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur naik ke level “Awas,” warga diminta tak beraktivitas dalam radius enam kilometer dari kawah.
“Awas” merupakan level tertinggi status vulkanis gunung api. Status tersebut ditetapkan ketika suatu gunung api berpotensi erupsi besar dalam kurun 24 jam sesudah penetapannya.
Kenaikan status Lewotobi Laki-Laki ditetapkan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 18 Mei pukul 20.00 Wita.
Selain erupsi disertai gemuruh, Badan Geologi mencatat kolom letusan mencapai 3.000-5.500 meter di atas puncak Lewotobi Laki-Laki atau sekitar 7.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Kolom letusan teramati berwarna kelabu pekat dan mengarah ke beberapa titik di sekitar lereng gunung. Erupsi disertai suara gemuruh dengan intensitas sedang hingga kuat terdengar dari pos pemantauan terdekat,” tulis Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid.
Hingga kini aktivitas erupsi terus berlangsung, “menunjukkan aktivitas vulkanik yang belum stabil.”
Badan Geologi mengimbau warga tak beraktivitas hingga sejauh enam kilometer dari pusat erupsi.
Warga di Desa Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya hingga Nurabelen–kesemuanya tercakup dalam wilayah administratif Kecamatan Ile Bura–diminta “mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan deras.”
Ile Bura berjarak sekitar 4,1 kilometer dari kawah gunung api itu.
Wafid juga menganjurkan warga menggunakan masker guna melindungi saluran pernapasan.

Berbicara kepada Floresa pada 19 Mei, Remigius Yos K. Soge, warga Dusun Podor, Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang berkata, aktivitas warga sempat terganggu akibat diselimuti abu vulkanis.
Desa Boru berjarak enam kilometer dari puncak Lewotobi Laki-Laki.
“Abu vulkanik menyelimuti desa sejak kemarin siang sekitar pukul 11.00 Wita,” kata Erson, sapaannya.
Sempat seharian tak beraktivitas di luar ruangan, ia memutuskan berkegiatan lantaran “hari ini hari pasar.”
Ia mengatakan Polsek Boru telah membagikan masker ke para pedagang dan pengunjung Pasar Boru, juga pelintas jalan Trans-Flores pada ruas Larantuka, ibu kota Flores Timur dan Maumere di Kabupaten Sikka.
Erson memutuskan bertahan di kampung meski Lewotobi Laki-Laki sudah berstatus “Awas.”
“Saya dan warga lain di sini ingin tetap menjaga kampung,” katanya.
Disitir dari The Jakarta Post, kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur, Hieronimus Lamawuran Herry menyatakan “sejauh ini belum ada evakuasi warga serta pembatalan penerbangan akibat erupsi Lewotobi Laki-Laki.”
18 Mei menandai kali kedua status Lewotobi Laki-Laki dinaikkan ke level “Awas.”
Gunung api setinggi 1.584 mdpl itu sebelumnya dinyatakan “Awas” pada 20 Maret, setelah serangkaian erupsi menghasilkan kolom abu hingga setinggi 8.000 meter di atas puncaknya.
Dua hari sebelum penetapan statusnya, erupsi Lewotobi Laki-Laki mengakibatkan dua warga–Hendrikus Saren Kwuta dan Wilibrodus Todoboli Kwuta–mengalami luka bakar.
Lewotobi Laki-Laki mulai aktif erupsi menjelang penghujung 2024.
Gunung api itu erupsi besar pada 4 November, yang mengakibatkan sembilan orang meninggal di Kabupaten Sikka.
Seorang di antaranya ialah biarawati Katolik, Suster Nikolin Padjo, SSpS, 59 tahun yang meninggal tertimpa reruntuhan bangunan biara.
Editor: Anastasia Ika