Floresa.co – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata melakukan kajian bisnis wisata menonton ikan paus di wilayah perairan NTT.
“Wisata menonton ikan paus ini guna menarik minat wisatawan Eropa dan Australia,” kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Jelamu, sebagaimana dilansir Tempo, Kamis, 15 Juni 2017.
NTT, menurut dia, dikenal dengan budaya menangkap ikan paus yang dilakukan secara tradisional oleh warga Lamalera, Kabupaten Lembata.
Namun, jelasnya, budaya tersebut masih ditentang oleh dunia internasional, terutama para pemerhati lingkungan hidup.
“Rata- rata wisatawan dari Eropa dan Australia tidak mau ada pembunuhan terhadap hewan atau darah,” ujarnya.
Wisata menonton ikan paus ini, kata dia, karena perairan NTT sering menjadi daerah transit ikan paus, terutama di perairan Lembata, Flores Timur dan Alor.
Perairan NTT memiliki habitat laut dalam dan pelintasan 18 jenis paus, termasuk dua jenis paus kharismatik yakni paus biru (Balenoptera mausculus) dan paus sperma (Physter macrocephalus).
Dia mengatakan menonton paus dan lumba-lumba (Setasea) di alam liar adalah industri yang berkembang pesat dengan keuntungan mencapai US$ 1,5 juta dollar setiap tahunnya.
Karena itu, pihaknya mulai melakukan sosialisasi draft rencana pengembangan dan rencana bisnis menonton ikan paus dan lumba- lumba kepada semua pihak terkait. (Tempo/ARL/Floresa)