‘Ini Jadi Bahan Evaluasi,’ Kata Pastor Paroki di Flores Terkait Kericuhan ‘Pesta Sambut Baru’ yang Menelan Korban

Romo Willy Gandi, Pastor  Paroki St. Petrus dan Paulus Dampek berbicara dengan Floresa merespons kasus kematian salah satu warga saat bentrokan Pesta Sambut Baru pada 13 September.

Floresa.co – Pastor Paroki di wilayah yang umatnya tewas karena kericuhan saat ‘Pesta Sambut Baru’ menyatakan insiden itu menjadi pelajaran penting bagi mereka untuk melakukan pembenahan.

“Ini menjadi bahan evaluasi untuk mengantisipasi agar [kasus seperti ini] tidak terjadi lagi ke depan,” kata Romo Willy Gandi, Pastor  Paroki St. Petrus dan Paulus Dampek.

“Saya akan diskusikan dengan anggota dewan paroki dalam rapat internal. Intinya, kami dari pihak gereja tidak menganjurkan umat untuk Pesta Sambut Baru,” tambahnya.

Romo Willy berbicara dengan Floresa merespons kasus kematian salah satu warga saat bentrokan Pesta Sambut Baru pada 13 September di Wae Paci, wilayah parokinya yang berada di bawah Keuskupan Ruteng.

Selain korban tewas Aloysius Ali, 68, tiga orang juga mengalami luka serius saat insiden itu yang terjadi pada malam hari. Mereka adalah Eginasius Letor Sabon,  Pius Ral, dan Fidelis Arol Arno.

Pesta Sambut Baru adalah istilah yang umum dipakai umat Katolik di wilayah Nusa Tenggara Timur untuk perayaan syukur usai penerimaan Sakramen Ekaristi atau Komuni untuk pertama kali. Pesta ini dilakukan setelah penerimaan sakramen itu di gereja.

Romo Willy mengaku tidak mengetahui persis kericuan yang terjadi.

Ia mengatakan upacara penerimaan sakramen memang dilaksanakan di dua tempat di parokinya pada 13 September yaitu di Wae Paci dan Wae Tua.

Romo Willy mengatakan sudah mengingatkan umat untuk “selalu berhati-hati” bila menggelar pesta.

Pesta semacam ini, kata Romo Willi, memang sudah menjadi “sebuah tradisi.”

Bahkan saat penerimaan sakramen babtis atau permandian pun, kata dia, umat juga “bikin pesta”.

Sebagai Pastor Paroki, ia mengaku memiliki tugas moril untuk mengingatkan umat berhati-hati.

“Saat pembinaan, saya sempat beritahu kalau acara jangan minum, apalagi bikin susah orang.”

Kapolres Manggarai Timur, AKBP I Ketut Widiarta mengatakan kericuhan yang terjadi saat pesta di halaman Sekolah Dasar Inpres Wae Paci itu diduga karena tamu pesta mabuk minum alkohol lokal jenis “sopi dan tuak putih.” Sopi merupakan arak hasil penyulingan tuak putih yang disadap dari aren.

Pesta Sambut Baru di Manggarai dan Nusa Tenggara Timur umumnya disertai dengan minum minuman beralkohol. Sementara yang lainnya umumnya hanya minum secukupnya, tidak sedikit juga tamu pesta yang minum hingga mabuk.

Pada 2017, kericuhan yang menelan nyawa saat Pesta Sambut Baru juga terjadi di Kabupaten Belu, Pulau Timor. Yulio Dasilva, 24, tewas saat itu setelah ditikam oleh dua orang.

Penikaman itu terjadi setelah korban berkelahi dengan pelaku saat Pesta Sambut Baru di Kampung Sesekoe.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel Whatsapp dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA