Labuan Bajo, Floresa.co – Seorang wisatawan asal Singapura bernama Lon Lee Allc (50 tahun) digigit komodo saat berkunjung ke Pulau Komodo di wilayah Taman Nasional Komodo (TNK),Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Rabu 3 Mei 2017.
Kejadiannya bermula ketika komodo sedang makan kambing di kampung Komodo sekitar pukul 08.00 WITA. Lon Lee lantas hendak mengabadikan momen tersebut dengan memotretnya.
Namun, tak disangka seekor komodo menerkamnya sehingga menyebabkan luka di bagian kaki kirinya.
Ini bukanlah kejadian pertama manusia diterkam komodo. Setidaknya ada 30 kasus manusia diterkam komodo sejak tahun 1974.
Tetapi, jangan karena kejadian seperti ini nyali Anda ciut untuk berwisata ke TNK yang meliputi Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar.
Agar Anda aman dan nyaman berwisata ke TNK, Kepala TNK Sudiyono menyampaikan sejumlah tips.
Pertama-tama cari informasi sebanyak-banyaknya tentang binatang purba komodo.
Sebelum ke Taman Nasional Komodo tak ada salahnya Anda mencari informasi terkait, apa sih komodo itu? Sejarahnya bagaimana? Bagaimana tingkah lakunya?
“Supaya ke situ itu tidak nol (pengetahuan),”ujar Sudiyono saat berbincang dengan Floresa.co, Rabu 3 Mei 2017.
Informasi lain yang layak Anda cari, menurut Sudiyono adalah potensi lain yang ada di TNK, selain binatang komodo. Di TNK memang tak cuma ada binatang komodo tetapi juga destinasi wisata lain yang layak dikunjungi.
Setelah Anda sudah mendapat informasi yang cukup tentang komodo dan potensi yang ada di wilayah TNK, Anda perlu menghubungi agen travel yang akan mendampingi Anda ke TNK.
“Supaya pembiayaannya jelas dan orangnya yang bertanggung jawab. Kalau agen travel nggak mungkin sembarangan,”ujarnya.
Agen travel kata dia juga pasti akan mengarahkan Anda ke tempat-tempat yang terbaik yang ada di dalam wilayah TNK.
Catatan saja, warga Singapura yang diterkam komodo, Rabu (3/5) datang tanpa menggunakan jasa agen travel. Ia pun diketahui menginap di rumah warga setempat.
Hal lain yang juga tak kalah penting adalah memperhatikan cuaca. “Arah angin seperi apa, kemudian musim angin atau tidak, badai atau tidak. Itu perlu, supaya nanti suasananya nyaman,”ujar Sudiyono.
Menurutnya, Anda bisa berkunjung ke TNK baik pada musim hujan maupun saat musim kemarau, tergantung view atau pemandangan seperti apa yang Anda ingin nikmati, selain tentunya melihat bintang purba komodo.
Lalu, kapan waktu yang tepat Anda memulai perjalanan ke TNK? Sudiono menyarankan Anda untuk berangka pagi-pagi.
“Jangan terlalu siang. Karena kalau siang, naik ke (pulau) Padar itu panas,”ujarnya.
Menurutnya, bila Anda ke TNK destinasi pertama yang perlu dikunjungi pertama-tama pada pagi hari adalah Pulau Padar. Karena kalau siang-siang ke puncak Pulau Padar, bisa menyebabkan kulit menjadi kehitam-hitaman terutama yang kulitnya sensitif.
Setelah Anda meraih puncak Pulau Padar, selanjutnya bisa ke objek lain di dalam TNK seperti Loh Liang atau Loh Buaya.
Ketika di lokasi, ikuti aturan yang ada. “Misalnya masalah ticketing, masalah pemanduan. Yakinlah, petugas kami punya pengalaman untuk mengelola itu dan itu yang terbaik. Utamakan keselamatan, jangan cari yang murah, nanti (malah) nggak selamat,”jelasnya.
Hal lain setiba di lokasi ketika berhadapan dengan komodo adalah ” bersikap mengalah”. “Mereka (komodo) biasanya berjalan sesuai kebiasaan mereka. Kalau mereka sudah berjalan ke utara, kita aja yang ngalah. Kan yang punya rumah dia, kita yang nglah, kita minggir dulu. Kita menghindar dulu,”ujarnya.
Lalu, bagi perempuan yang sedang menstruasi jangan menyendiri. Tetapi gabung dengan rekan-rekan yang lain dengan menjaga jarak.
Menurut Sudiyono, perempuan yang menstruasi dan juga pengunjung yang ada luka, tetap boleh berkunjung ke TNK. “Tetapi lapor ke petugas, supaya ada pengaturan tersendiri, lebih khusus. Karena komodo ini (memiliki) kepekaan yang tinggi,”jelasnya.
Hal lain yang wajib Anda perhatikan adalah “hindari gerakan-gerakan yang rutin”, seperti goyang-goyang kaki atau tangan melambai-lambai.
“Nanti komodo menyangka itu ada ekor rusa. Nanti dia bisa mengejar. Karena mereka pengelihatannya tidak terlalu bagus, tetapi peka terhadap gerakan,”ujar Sudiyono. (PTD/Floresa)