ReportasePeristiwaJenasah Vergi Jemidin Dimakamkan di Sumba Timur

Jenasah Vergi Jemidin Dimakamkan di Sumba Timur

 

Jakarta, Floresa.co – Juliani Vergi Jemidin (19), gadis belia berdarah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menghembuskan nafas terakhir di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali pada Selasa, (26/7) dimakamkan di Waingapu, Sumba Timur.

“Jenasah adik akan diterbangkan esok ke Sumba Timur”, jawab Indah Jemidin, kakak kandung Vergi saat dihubungi Floresa.co pada Rabu, 27 Juli, pukul 22.55 WIB.

Dimakamkan di Waingapu, jelas Indah berhubung almarhum ayahnya, yang meninggal sekitar setahun lalu juga dimakamkan di tempat yang sama.

“Pemakamannya di sana karena memang almarhum papa dimakamkan di sana juga”, jelasnya.

Pasca kejadian naas yang menimpanya itu, gadis kelahiran Maumere itu disemayamkan di Rumah Sakit Angkatan Darat, di Denpasar, Bali. Jenasahnya dijaga oleh ibundanya, kedua kakaknya, Indah dan Rikar, adik bungsunya Ruri, serta beberapa anggota keluarga lain.

Setelah berita kepergiaannya menyebar di media sosial, sempat terjadi perdebatan tentang status tempat asalnya. Ada yang mengatakan jika ia berasal dari Maumere, Sumba, Maumere dan Manggarai.

Indah, sang kakak, pun menjelaskan jika almarhum ayahnya berasal dari Nikeng, Denge, Kecamatan Satar Mese-Manggarai. Sedangkan Ibundanya berasal dari Desa Malimada-Sumba Barat.

Vergi Jemidin (Kanan) bersama dengan sang kakak Indah Jemidin. (Foto: Indah Jemidin).
Vergi Jemidin (Kanan) bersama dengan sang kakak Indah Jemidin. (Foto: Indah Jemidin).

Karena almarhun ayahnya berprofesi sebagai pegawai pajak, keluarganya pun sering pindah dari satu tempat ke tempat lain. Mulai dari Sumba, sekitar sampai tahun 2004.

Lalu, dari Sumba, pindah ke Maumere, Ibukota kabupaten Sika, tempat dimana Vergi lahir.

Selanjutnya pada tahun 2009 sampai 2012, lanjut Indah, almarhum ayahnya menetap di Ruteng. Memilih ruteng sebagai tempat pengabdiannya, karena permintaan almarhum ayahnya.

Mendekatkan anak-anaknya dengan anggota keluarga almarhum ayahnya menjadi alasan.

“Papa sengaja meminta pekerjaannya pindah ke Ruteng agar kami semua anak-anak dekat dengan keluarga almarhum papa di Manggarai. Dekat dengan opa, oma dan bapa koe, mama koe d sana”, jelasnya.

Lalu, setelah dari Ruteng, almarhum ayahnya pindah ke Ende. Anggota keluarganya pun ikut pindah ke ibukota kabupaten Ende tersebut.

“Semenjak 2012 Papa pindah tugas ke Ende lagi sehingga adik Vergy dan si bungsu, Ruri bersekolah di Syuradikara dan tinggal di asrama”, lanjutnya.

Di Ende, tepatnya di Rumah Sakit Umum Ende, pada 7 Januari 2015 lalu, almarhum ayahnya pun menghembuskan nafas terakhir. (Ario Jempau/ARJ/Floresa).

 

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA