Ende, Floresa.co – Wakil Bupati Ende, Djafar Ahmad berkomitmen untuk bersikap tegas terhadap setiap orang yang masuk di daerah Kabupaten Ende, terutama mereka yang sebelumnya menjadi penghuni tempat lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur.
Sebagaimana diketahui, tempat lokalisasi Dolly, atas kebijakan pemerintah kota Surabaya, telah ditutup beberapa bulan lalu. Karena penutupan tersebut, dikabarkan, ada sejumlah penghuni Dolly menyebar ke daerah lain, termasuk ke wilayah Ende.
“Saya mendapat laporan, ada indikasi sejumlah warga Dolly masuk wilayah Ende. Untuk itu, kita berusaha untuk melakukan pencegahan”, kata Ahmad seperti yang dilansir Florebangkit.com, Selasa, (23/12/2014).
Ahmad meminta tokoh agama, tokoh adat, kaum muda, lembaga swadaya masyarkat (LSM) agar memantau keberadaan mantan penghuni Dolly. Apabila ada yang tertangkap, katanya, akan ditindak.
“Bila ada yang ingin menetap, kita akan tampung dan memberikan pembinaan dan bila perlu pelatihan keterampilan. Jika ingin kembali ke daerah asalnya, kita akan kembalikan”, ujar Ahmad.
Ia melanjutkan, dilakukannya pencegahan, agar kegiatan seperti yang biasa dilakukan di daerah Dolly tidak terjadi di wilaya Ende, mengingat, kata dia, Ende adalah daerah yang menghargai nilai-nilai agama dan budaya.
“Sebagai salah satu kota religius, saya telah memerintahkan intelijen saya untuk melakukan pemantauan dini. Langkah pencegahan jauh lebih penting daripada melakukan penindakan di kemudian hari. Semua dinas teknis terkait telah saya kumpulkan untuk mengantisipasi kedatangan penghuni Dolly”, pungkas Ahmad.
Senada dengan Ahmad, Wakil Kapolres Ende, Dony Bramanto menilai, keberadaan mantan penghuni Dolly bisa membawa dampak buruk kepada masyarakat Ende.
“Kami pasti terus menelusuri masalah ini. Kami juga meminta kepada seluruh mayarakat Ende agar segera melaporkan kepada kami apabila menemukan mantap penghuni Dolly berada di wilayah kabupaten Ende. Kami butuh kerja sama dari semua pihak”, ungkap Bramanto. (ARJ/Floresa)