Floresa.co – Warga sebuah desa di Kabupaten Manggarai Barat terpaksa menggotong seorang ibu yang hendak melahirkan karena mobil tidak bisa masuk ke kampung mereka, buntut jalan yang rusak parah.
Aksi warga pada 28 Januari itu dibagikan Yosep Suhardi, warga Kampung Naba, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo lewat media sosial Facebook.
Ia mengunggah dua video yang menampilkan sekelompok warga berjalan kaki sambil menggotong ibu hamil Rosula Fatmawati Dawuh di atas keranda bambu.
“Semenjak negara Indonesia merdeka sampai saat ini, sebagian besar warga atau masyarakat Indonesia merasa senang, bahagia, sukacita yang luar biasa. Akan tetapi, sebagiannya masih ada yang belum merasakan hal itu,” tulis Yosep pada takarir pelengkap video.
“Masih banyak kebutuhan masyarakat yang sangat diutamakan belum terpenuhi, dalam hal ini adalah jalan, terlebih khusus bagi kami warga Kampung Naba,” lanjutnya.
Ia berkata, akses dari Kampung Naba menuju kampung lainnya di sekitar terhambat karena jalan yang rusak dan tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.
“Apalagi jika ada hal yang mendadak, seperti ada yang sakit atau hendak melahirkan. Kami harus tandu dari Kampung Naba menuju Kampung Tanah Dereng. Di kampung itu kami baru dapat kendaraan.”
Desa Compang Longgo berjarak berjarak sekitar 25 kilometer di tenggara Labuan Bajo, kawasan yang diberi label kota pariwisata super premium oleh pemerintah. Selain Naba, kampung lainnya di desa itu adalah Tanah Dereng dan Handel.
Yosep berkata, Rosula terpaksa digotong pada 28 Januari karena tiba-tiba mengalami kontraksi.
“Mereka tidak tahu bahwa si ibu mau melahirkan karena belum waktunya sesuai tafsiran dokter waktu USG, yaitu sekitar 15 Februari,” katanya kepada Floresa pada 29 Januari, merujuk ke pemeriksaan yang biasa dilakukan ibu hamil untuk mengecek kondisi janin.
Sekitar pukul 01.00 Wita dini hari, kata Yosep, Rosula sudah mulai merasa sakit.
Pada pukul 05.30, mereka berangkat menuju RSUD Merombok, Desa Golo Bilas, dengan berjalan kaki. Jarak Kampung Naba ke rumah sakit itu sekitar 15 kilometer.
Namun, kata Yosep, karena ibu ini merasa terlalu sakit, mereka singgah di rumahnya yang berada di ujung Kampung Naba.
“Kami pun panik dan meminta bantuan keluarga terdekat untuk potong bambu yang digunakan untuk gotong ibu ini ke Kampung Tanah Dereng,” katanya.
Kendati jalan penuh lumpur dan berbatu, kata dia, warga tetap melaluinya karena tidak ada jalan lain.
“Puji Tuhan, dalam perjalanan, sang ibu tidak merasa sakit,” katanya.
Yosep berkata, Rosula digotong dengan bambu sejauh tiga kilometer hingga sampai di Tanah Dereng.
“Di situ baru bisa mendapatkan mobil yang dikontak suami ibu ini selama dalam perjalanan,” katanya.
Yosep menambahkan dalam takarir video tersebut bahwa keterbatasan infrastruktur jalan “membuat kami sebagai masyarakat atau warga negara Indonesia belum merasakan kemerdekaan seperti yang dirasakan oleh masyarakat lain di negeri ini.”
Ia menjelaskan, jalan yang melalui kampung itu masuk kategori jalan kabupaten, yakni jalur trans desa yang menghubungkan Desa Compang Longgo dan Desa Compang Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling di sebelah timur.
“Memang pada 2022, status jalannya sudah ditingkatkan ke lapen, tetapi itu hanya sejauh satu setengah kilometer dari jalan raya trans Nggorang-Golo Mori sampai di ujung Kampung Tanah Dereng,” katanya.
“Kami sangat berharap kepada pemerintah, semoga nasib kami bisa diperhatikan untuk segera keluar dari zona ini.”
Aloysius Levi, suami Rosula Fatmawati Dawuh yang sedang menemani isterinya di RSUD Komodo berharap kejadian seperti itu tidak terulang lagi.
“Cukup sampai di saya saja kejadian seperti ini. Semoga Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat bisa membuka mata melihat kejadian yang saya alami saat ini,” katanya kepada Floresa.
Editor: Anno Susabun