Floresa.co – Orang Muda Katolik (OMK) di Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat gotong royong membangun halaman rumah gendang atau rumah adat di kampung mereka menggunakan dana swadaya.
Puluhan anak muda tersebut yang berasal dari Kampung Paci, Desa Golo Ru’a, tergabung dalam OMK Stasi Lareng, Paroki St. Fransiskus Asisi Tentang.
Pembangunan halaman rumah gendang Nawang, satu dari dua rumah adat di kampung itu, dari sebelumnya berlantai tanah menjadi beton, diadakan selama empat hari, yakni pada 18 hingga 21 Juni.
Pilihan pembangunan di gendang Nawang karena halaman itu lebih sering dipakai warga untuk berbagai acara bersama, termasuk pesta nikah dan pengumpulan dana, ketimbang halaman rumah adat lainnya, yakni gendang Geong.
“Ide ini muncul setelah ada diskusi ringan soal tanggung jawab kami sebagai orang muda yang dipandang sebagai agen perubahan,” kata Wenseslaus Satry Darmo, koordinator kegiatan tersebut.
Berbicara kepada Floresa pada Minggu, 22 Juni 2025, Satry menjelaskan, halaman rumah gendang Nawang selalu becek saat musim penghujan, hal yang mempersulit akses warga ketika hendak beraktivitas di lingkungan itu.
“Setiap kali acara pengumpulan dana dan upacara adat, momen yang paling menyulitkan kami adalah ketika hujan. Halaman akan berubah, berlumpur dan menyulitkan warga,” jelasnya.
Satry berkata, alternatif yang diambil warga mengatasi kesulitan itu selama ini adalah dengan menaburkan sekam padi.
“Kalau sudah becek, tugas anak muda adalah mengambil sekam untuk dihamparkan. Hanya untuk menutupi sedikit,” katanya.
Karena itu, lanjut Satry, ia bersama anak muda yang lain mengambil inisiatif untuk menggalang kegiatan pembangunan tersebut.
“Setelah diskusi, kami sepakat bahwa kami akan membangun halaman rumah adat. Kami meminta persetujuan tua adat dan orang-orang tua,” lanjutnya.
Setelah disetujui oleh tua adat dan orang-orang tua lainnya, ia dan teman temannya mulai mendatangi setiap rumah untuk meminta sumbangan.
“Kami dapat sumbangan dari semua warga kampung, masing masing kepala keluarga menyumbang Rp50.000,” katanya.
Satry juga berkata, warga diaspora Kampung Paci ikut menyumbang.
“Total dana yang terkumpul itu ada Rp12.000.000. Dana itu kami pakai untuk pengadaan material seperti pasir dan semen,” katanya.
“Hingga kini, progres pengerjaan sudah 90 persen,” ungkapnya.
Rovina Vanensa Naum, Maria Irene Suyanta dan Maria Yovariet Darut, tiga perempuan yang ikut dalam kegiatan tersebut berkata kepada Floresa bahwa sebagai OMK, mereka sedang berupaya membangkitkan kembali semangat gotong royong di kalangan kaum muda.
“Kami ikut dalam proses pengerjaan untuk membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa berkontribusi secara sosial di tengah komunitas kampung,” kata Maria Irene Suyanta.
Selain ikut bekerja, mereka juga menyiapkan makanan dan minuman kepada warga yang bekerja.
“Kami berharap gotong royong seperti ini tetap dilestarikan,” katanya.
Yosep Son, salah satu orang tua dari Kampung Paci berkata, inisiatif OMK tersebut menunjukkan adanya kerjasama yang baik antara kaum muda dengan seluruh masyarakat.
“Meskipun ada dua rumah gendang di kampung ini, dan ada 21 suku di dalamnya, kami semua bersatu untuk pembangunan halaman ini,” katanya.
Satry berharap kegiatan positif seperti ini terus digalakkan untuk kemajuan bersama.
Editor: Anno Susabun