SASTRADesember Rein ’14: Puisi-Puisi Adven Gerard Bibang

Desember Rein ’14: Puisi-Puisi Adven Gerard Bibang

Desember Rein
DESEMBER REIN ’14
(20.21.22)
 
 
JALAN
 
Sepanjang jalan pulang aku memikirkan kisah kami yang punya benang merah dengan cerita berjuta bintang yang berasmara melalui kilauan cahaya-cahaya mereka. Sekarang aku tahu darimana ia peroleh senyumnya yang indah itu. Bersahabat dengannya adalah anugerah terberi setelah bertahun nihil menemu jejaknya dalam dunia maya. Alunan koor ‘Datanglah ya Emanuel ‘ sayup-sayup sampai dari sayap kanan gereja pada pagi ini minggu ketiga advent pada desember rein.  Oh ya, desember rein sudah di sini! Ia mengantarkanku untuk meniti jalan pulang, untuk menapaki jalan kembali, untuk apa aku men-JADI. Yah, untuk men-JADI-DIRI.  Pada raut wajah kekasih terbentang jalan kembali.
 
 
WANGI
 
Hal yang disukainya yaitu menghirup wangi sisa hujan. Seakan terputar di layar desember rein, kali ini, fragmen-fragmen narasi bersama kekasih, ketika itu, di ibukota, di bawah titiktiktik sisa hujan. Kelap-kelip lampu warna-warni menjadi saksi bisu ketika untuk pertama kali berjumpa-darat dengannya, dengan tiba-tiba tanpa sebuah rencana. Dengan mata terpejam, dia berbisik: I luv u ! Bertahun-tahun sudah. Entah ke mana angin bertiup, tak satupun dari kami yang tahu. Namun suaranya yang terucap dalam satu frase itu tak lekang digerus waktu. Oh wangi sisa hujan, terimakasih! Padamu narasi kami berputar kembali dan kembali.
 
 
BEKU
 
Hingga malam menggelincir pagi, matanya membelalak ke dinding-dinding. Hening! Kelopak matanya terus berkedip, napas dingin, dengan degup jantung berdegup. Tidak ada siapa-siapa selain pagi nan syahdu. Ia masih telentang di ranjang.  Boleh bersedih tapi jangan menangis, pintanya kepada dirinya sendiri, sembari merapatkan jari jemarinya di atas dadanya yang berdegup lebih cepat dari biasa. Ia takut rindu kekasih akan membeku. Oh desember rein, turunkalah Roh Kudus! Fove quod est frigidum*) . Hangatkan segala yang beku. Singkirkan semua ketakutan, kegelisahan dan prasangka. Ubahlah hatiku seluas samudera untuk melarutkan garam tak terbatas, menuju cinta tak terkira, untuk kekasih, baik di sini, mau pun di sana. Selamat tinggal kesedihan! Kekasih pasti datang.
 
·         *******
 
(GNB, Minggu Ketiga Adven: 12 Desember 2014)

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA