Keluarga Fredinandus Taruk: Kesabaran Kami Sudah Hampir Hilang

Floresa.co – Lambannya upaya polisi mengungkap pelaku penembakan Fredinandus Taruk, warga Sondeng, Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai membuat pihak keluarganya kecewa.

“Kesabaran kami sudah hampir hilang. Kami tidak mau saudara kami mati sia-sia,” kata Yos Syukur, juru bicara keluarga korban, Jumat, 22 Juni 2018.

“Jika polisi masih belum jelas mengungkap kasus ini, maka kami akan mencari pelakunya dengan cara kami sendiri,” lanjutnya.

Yos juga menyatakan, saat ini pihak keluarga tetap pada posisi meminta polisi bekerja maksimal.

Ia juga membantah isu yang sempat beredar bahwa keluarga korban menerima uang sehingga kasus ini sepertinya hilang dan tidak akan terungkap.

“Kami tegaskan bahwa kami tidak pernah dan tidak akan mau menerima apapun sebagai imbalan untuk mendiamkan kasus ini,” kata Yos.

“Nyawa saudara kami Fredy lebih berharga dari pada uang,” lanjutnya.

BACA JUGA:

Sejauh ini memang belum ada perkembangan yang signifikan terkait penanganan kasus ini.

Padahal, kasus penembakan itu sudah terjadi tiga bulan lalu.

Kapolres Manggarai AKBP Cliffry S Lapian mengatakan pada Rabu, 20 Juni 2018, hingga kini mereka masih melakukan penyelidikan.

“Tunggu aja ya. Mudah-mudahan cepat terungkap,” ungkapnya kepada Floresa.co di halaman Mako Polres.

Ia menjelaskan, uji laboratorium peluru yang diangkat dari kepala korban sudah dilakukan di Bali.

“Pelurunya organik,” katanya, tanpa merinci jenis senjata yang menggunakan peluru itu.

Cliffry pun meminta agar keluarga korban terus bersabar.

“Kita tak punya niat sama sekali untuk tidak mengungkap kasus ini. Tidak. Kita mohon keluarga bersabar,” ujarnya.

Dari penuturan para saksi mata saat kejadian, Fredy sedang nongkrong bersama teman-temannya di Sondeng,  Selasa, 27 Maret lalu saat tiba-tiba ia terjatuh dan darah mengalir dari kepalanya.

Di tengah-tengah mereka saat itu, ada juga seorang polisi yang ikut nongkrong, yang diketahui bernama Damasus Sunding.

Peluru belum sempat diangkat dari kepala Fredy saat ia menghembuskan nafas terakhir di RSUD Ben Mboi Ruteng pada 7 April 2018.

Kala itu, ia memang hendak dibawa ke RS Sanglah, Denpasar Bali, karena keterbatasan sarana dan petugas di Ruteng.

ARL/Floresa

spot_img

Artikel Terkini