‘Kabur’, Kepala BTNK Jadi ‘DPO’ Massa Aksi Penolakan Kenaikan Tarif ke TN Komodo

“Taman Nasional Komodo di bawah kepemimpinan Bapak Awang telah digadai. Taman Nasional Komodo, yang merupakan milik negara telah digadaikan kepada perusahaan tertentu,” ujar warga.

Floresa.co – Kepala Balai Taman Nasional Komodo [BTNK], Lukita Awang mendadak menghilang dari kantornya saat massa yang menolak kenaikan tiket ke TN Komodo melakukan aksi demonstrasi di Kantor BTNK pada Senin, 18 Juli 2022.

Massa aksi yang berjumlah ribuan orang dan terdiri dari belasan asosiasi itu mendesak agar Awang mempertanggungjawabkan kebijakan kenaikan tarif ke TN Komodo kepada seluruh massa aksi.

Pasalnya, BTNK sebagai otoritas atas TN Komodo tidak pernah mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada semua elemen, terutama pelaku wisata, pelaku UMKM, dan lainnya yang menggantungkan hidupnya pada industri pariwisata di TN Komodo.

Ketua Asosiasi Kapal Wisata [Askawi], Ahyar Abadi menengaskan bahwa selama ini seluruh elemen tersebut sudah bahu-membahu mempromosikan wisata TN Komodo dan berperan dalam upaya menjaga konservasi habitat satwa langka warisan dunia, komodo itu.

Namun, nyatanya, kata dia BTNK justeru mendukung kehadiran PT Flobamor, perusaan BUMD Provinsi NTT untuk memonopoli bisnis di TN Komodo dengan dalih konservasi.

“Hari ini, kita merubah status BTNK, dari Balai Taman Nasional Komodo menjadi Bencana Terhadap Nusa Komodo. Sepakat?” ujar Ahyar dari atas mobil komando di halaman Kantor BTNK.

“Sepakat,” sambung ribuan massa aksi sembari mengepalkan tangan ke langit.

Langgengnya PT Flobamor dan perusahaan-perusahaan lainnya untuk menguasai TN Komodo, lanjut Ahyar tidak terlepas dari peran Awang.

BACA: Tolak Kenaikan Harga Tiket dan Monopoli Bisnis di TN Komodo, Ini Pernyataan Warga

“Taman Nasional Komodo di bawah kepemimpinan Bapak Awang telah digadai. Taman Nasional Komodo, yang merupakan milik negara telah digadaikan kepada perusahaan tertentu,” ujarnya.

“Siapa pun yang berada di belakang PT Flobamor, kita harus lawan,” tambahnya.

Sekitar 10 menit menunggu, Awang tidak juga muncul. Massa aksi terus mendesak hingga akhirnya Urbanus, salah satu pegawai senior di BTNK berupaya memberikan penjelasan dan meminta massa aksi untuk menggelar dialog di dalam kantor BTNK.

“Kami bersedia untuk menerima aspirasi dari teman-teman, kalau bersedia, mari saya minta ada perwakilan sekitar 15 orang, mari kita ngobrol di kantor,” ujarnya.

Namun, massa tetap kukuh agar Awang keluar menemui massa.

“[Dialog] di sini. Awang, awang, keluar, keluar,” massa aksi terus berteriak.

BACA: Didesak Tolak Pembangunan Sarpras, Kepala TN Komodo Diam Lalu Pergi, Massa: Jangan Jadi Boneka 

Doni Parera, salah satu orator juga turut mengecam. Ia menegaskan bahwa Awang menjadi Kepala BTNK untuk menjaga konservasi, bukan melayani korporasi.

“Negara mengutus dia ke sini untuk menjadi yang terdepan menjaga konservasi dan bertanggung jawab terhadap harta karun [komodo],” kata Doni.

“Dia yang kami butuh. Karena kalau dia [Awang] bertemu pejabat, dia tidak utus anak buahnya,” tambahnya.

Perwakilan massa aksi saat melakukan sidak dalam Kantor BTNK untuk mencari Kepala BTNK Lukita Awang. [Foto: Floresa].
Ketua Formapp Mabar, Rafael Todowela, kemudian mengambil alih pengeras suara.

“Pa Awang, Pa Awang. Di mana Pa Awang? Mana? Mohon keluar dari kantor. Ayo hadap massa aksi. Jangan sembunyi Pak,” ujarnya.

Massa aksi menyambung Rafael dengan menyanyikan yel-yel dengan menyebutkan nama Awang berkali-kali. “Awang, awang, awang keluar. Awang keluar sekarang juga.”

Karena tak kunjung datang, Ahyar meminta beberapa perwakilan massa untuk sidak seluruh isi kantor Balai TN Komodo.

Sekitar 10 orang perwakilan massa dari Asosiasi Angkutan Wisata Darat [Awstar] kemudian langsung menerobos masuk gerbang BTNK yang dikawal ketat aparat kepolisian.

Aksi Damai Tolak Monopoli Bisnis dan Komersialisasi TN Komodo, Warga Sentil Pariwisata Holistik Keuskupan Ruteng

Satu per satu mereka mengecek beberapa ruangan. Dari ruang kerja Awang hingga ke gudang di halaman tengah.

Meski sudah dicek satu per satu, Awang tak juga ditemukan hingga akhirnya perwakilan massa keluar dan kembali ke barisan massa aksi.

Moggie, salah satu orator perempuan sempat menginformasikan tempat persembunyian Awang.

“Ini ada informasi baru. Pa Awang sembunyi di KVC. KVC,” ujar Moggie.

“Cari dia. Cek semua. Masuk, masuk,” ujarnya berkali-kali hingga membuat massa yang berada di barisan dekat gerbang ancang-ancang untuk masuk ke Kantor BTNK.

Untungnya, Ahyar meminta massa untuk tenang. Ia pun dengan tegas menetapkan Awang dalam Daftar Pencarian Orang [DPO] massa aksi penolakan kenaikan tarif ke TN Komodo.

“Karena Pa Awang tidak menemui massa, maka kita perlu sepakat, semua pelaku wisata yang berada di kabupaten Manggarai Barat menjadikan Pa Awang ini sebagai DPO. Sepakat?” serunya.

“Sepakat,” sambung massa aksi.

“Sebentar, siapa pun yang menemui beliau, kita jalin komunikasi untuk kita sama-sama menemui beliau. Sepakat?” kata Ahyar yang kemudian kembali disambung massa.

“Sepakat!!!”

Selain mencari Awang, aksi di Kantor BTNK juga diisi dengan pembacaan pernyataan sikap.

Setelah sekitar satu jam lamanya, massa kemudian beranjak ke titik berikutnya – Kantor Bupati Mabar.

Floresa

spot_img
spot_img

Artikel Terkini