Floresa.co – Harapan Maria Goreti Mamun untuk bisa menikmati air yang langsung keluar dari keran di rumahnya belum terwujud, kendati desanya menjadi sasaran proyek air dengan dana lebih dari empat miliar.
Warga Kampung Mombok, Desa Lengko Namut, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur itu berkata, jaringan perpipaan di rumahnya dan beberapa warga lain memang berfungsi pada Mei dan Juni tahun ini, tetapi “air keluar hanya saat petugas pergi cek di keran.”
Petugas itu, kata Maria, mengambil foto keran saat mengeluarkan air, juga foto Kartu Tanda Penduduk miliknya.
“Setelah ia pulang, beberapa jam berikutnya air kembali mati,” katanya saat ditemui Floresa pada 26 Juli.
Maria hanya mengidentifikasi petugas itu bernama Erto. Ia tidak mengetahui nama lengkapnya.
Kondisi demikian, katanya, tidak lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.
“Bulan Maret air jalan seminggu sekali,” katanya.
Pada bulan April, air “tidak keluar sama sekali”, dan “hanya keluar sekali di bulan Mei.”
Esylia Hardinat, warga lainnya mengaku “saat buka keran, yang keluar hanya angin.”
“Tidak ada air,” katanya.
Hal ini membuat Maria, Esyia dan beberapa warga lain di Kampung Mombok terpaksa menimba air di mata air yang berjarak 500 meter.
Mereka merupakan bagian dari warga yang belum mendapat manfaat dari proyek jaringan perpipaan air minum bersih yang dikerjakan oleh CV Budi Bakti pada tahun anggaran 2023.
Anggarannya mencapai Rp4.190.256.000 dari Dana Alokasi Khusus di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR].
Pantauan Floresa, terdapat sembilan jaringan pipa ke rumah warga yang airnya tidak mengalir.
Maria berkata, mereka sempat menyampaikan keluhan tentang masalah ini kepada Gorgonius D. Bajang, anggota DPRD Manggarai Timur.
Bajang yang didampingi Kepala Desa Lengko Namut, Raymundus J Elmas sempat mengunjungi rumah Maria, menanyakan kondisi jaringan perpipaan.
“Air jalan ko?,” kata Maria meniru pertanyaan Bajang.
Ia dan warga lainnya merespons: “Air jalan tunggu petugas datang.”
“Kami berharap kehadiran Pak Gonis membantu kami kala itu,” harap Maria.
Dikonfirmasi Floresa soal keluhan warga, Alexius Jasman, kontraktor pelaksana dari CV Budi Bakti mengklaim proyek dengan tanggal kontrak 10 Juli 2023 itu “tidak bermasalah.”
Namun, ia berjanji akan mengecek ke lapangan.
Sementara itu Dinas PUPR berjanji akan menindaklanjuti keluhan warga.
“Kami akan segera tangani,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas PUPR, Ferdinandus Mbembok kepada Floresa pada 4 Agustus.
Ia berkata saat ini proyek tersebut sedang dalam masa pemeliharaan oleh CV Budi Bakti.
Setelah masa pemeliharaan selama setahun, proyek tersebut diserahkan kepada Unit Pelaksana Teknis Badan Layanan Umum Daerah SPAM Manggarai Timur “untuk optimalisasi pelayanan.”
“Saya ingin pastikan masyarakat benar-benar terlayani dengan baik,” kata Ferdinandus.
Ia menambahkan, “masukan atau informasi dari rekan media merupakan bagian dari materi evaluasi untuk meningkatkan pelayanan ke masyarakat.”
Laporan ditulis oleh Waldus Budiman
Editor: Ryan Dagur