Floresa.co – Sebanyak 3.041 warga di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdeteksi mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Data merupakan akumulasi data yang dicatat oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTT sejak kasus HIV/AIDS muncul pertama di NTT tahun 1997 hingga Agustus 2014.
“Ini yang berhasil kami data, tetapi masih banyak yang tidak terdata,” ujar Ketua KPA Provinsi NTT dr Husein Pancartius di Kupang, Minggu (18/1/2015).
Dia menuturkan dari jumlah warga yang terinfeksi tersebut, ibu rumah tangga 780 kasus, anak dibawah umur lima tahun 105 kasus dan sisanya adalah mereka yang rentang usia antara 20-39 tahun.
“Di NTT ada lima daerah dengan jumlah pengidap HIV/AIDS terbanyak yakni Kota Kupang 650 orang, Kabupaten Belu 471, Sikka 356, Flores Timur 220 dan Kabuoaten Timor Tengah Selatan (TTS) 165 orang,” paparnya.
Dalam rangka menekan angka pengidap HIV/AIDS di NTT, kata dia, pihaknya telah membentuk kader peduli HIV dan AIDS di tingkat pedesaan maupun kelurahan, karena sebagian besar pengidap penyakit mematikan ini berasal dari desa.
“Semua manusia bisa terinveksi HIV/AIDS, dengan berbagai cara, sehingga perlu kehait-hatian dan melakukan periksaan sejak dini dan secara terus-menerus,” tandasnya.
Saat ini, lanjut Husein, KPA NTT sedang melakukan survei dan pengkajian mendalam untuk kemudian menetapkan desa dan kelurahan di daerah itu sebagai desa peduli.
“Ini (desa/kelurahan peduli akan virus mematikan itu) sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS di daerah berbasiskan kepulauan itu karena dari waktu ke waktu jumlah pengidap semakin bertambah dan sulit dikendalikan ditingkat hilir,” tuturnya.
Untuk tahun 2014 saja, ungkapnya, hingga Agustus 2014 tercatat sebanyak 196 warga yang positif terinfeksi virus mematikan itu.
“Data terbaru, terhitung mulai dari Januari 2014 sampai bulan Agustus 2014, untuk yang terjangkit HIV sebanyak 92 orang, sementara yang positif AIDS 104 orang. Semua penderita tersebar di 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT,” katanya.
Dia menuturkan, untuk penetapan desa/kelurahn peduli HIV/AIDS itu maka pada tahun 2015 KPAD NTT mengutamakan penyuluhan ke desa, karena di desa ada guru, tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat yang bisa membantu mensosialisasikan kepada warga yang lain. (TIN/Floresa)