Kesuksesan tersebut dipakai tim sebagai senjata pamungkas. Yakin Deno akan menang dalam Pilkada kali ini, maka “Lanjutkan!” dipakai sebagai slogan politiknya. Dua periode berturut-turut berada di pucuk kekuasaan dengan derajat kemajuan tersebut tentu memiliki fans besar.
Akurnya Rotok-Deno selama ini turut mengangkat elektabilitas Deno, apalagi, kini ia didukung oleh sang wakilnya, Victor Madur, birokrat yang merakyat.
Ikatan dengan massa yang sudah dirajut selama berkuasa melalui jaring-jaring birokrasi, politis, dan pengaruh sosial, diharapkan menjadi pendukung utama agar Deno yang sudah mencatatkan namanya dalam sejarah politik Manggarai sebagai wakil bupati selama 10 tahun, dapat menjadi bupati 5 tahun ke depan.
Namun, apapun negosiasi dan lobi-lobi di tingkat akar rumput dalam rangka menggaet suara rakyat, ketika bicara visi-misi, Deno-Madur yang lahir dari brand politik “melanjutkan”, ada kelebihan, ada juga kelemahannya.
Kelebihannya, Deno yang berasal dari incumbent sudah berkarya untuk rakyat Manggarai. Dia tidak banyak bicara janji kepada masyarakat. Patokannya jelas, ia sudah berbuat sesuatu. Maka, dalam orasi-orasi politik, tim Deno banyak bicara soal bukti untuk mengokohkan program-programnya.
Malah tak tanggung-tanggung paket ini getol mengkritik Hery-Adolf sebagai sosok baru minim pengalaman.
Menari-nari di atas nostalgia masa silam dapat menjadi batu sandungan bagi Deno-Madur sendiri. Penerapan pola-pola lama untuk memobilisasi roda kehidupan Manggarai ke depan memberi bayang-bayang bagaimana pelayanan publik bisa ditebak dan kurang terakomodasinya kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tidak diperhatikan selama ini.
Karena itu, konsep “Lanjutkan!” mungkin kurang diterima dalam bingkai pemikiran progresif, yang menginginkan perubahan ideologi dan orientasi politik pembangunan di Manggarai.
