Floresa.co – Untuk menghambat penyebaran virus corona, pemerintah menerapkan kebijakan menjaga jarak fisik (physical distancing). Salah satu dampaknya adanya meniadakan ibadah di Gereja-gereja.
Untuk bisa tetap merayakan Tri Hari Suci tahun ini, Gereja Katolik memutuskan menyiarkan secara langsung ibadah agar masih bisa diikuti umat di kediaman mereka masing-masing.
Namun mengikuti Ibadah secara online hanya dirasakan oleh umat yang berdomisili di kota ataupun di daerah yang jangkauan sinyalnya bagus.
Bagi umat yang berada di daerah yang susah sinyal, seperti di Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, berdoa dengan keluarga adalah satu-satunya pilihan.
Bernadus Ka’u, salah seorang Warga Desa Golo Wuas mengatakan memilih berdoa di rumah bersama keluarga dan tidak bisa mengikuti ibadah online karena tidak bisa mengakses internet.
“Kami tidak bisa mengikuti Misa online karena jaringan telekomunikasi sangat buruk di sini,” katanya kepada Floresa.co, Minggu 12 April 2020
Ia menjelaskan, tahun ini tidak ada Perayaan Paskah di parokinya, Paroki Mamba.
“Paskah tahun ini kami di rumah saja karena di pusat paroki tidak ada Misa,” katanya.
Selain masalah susah sinyal, Elar Selatan juga adalah salah satu kecamatan di Manggarai Timur yang belum dijangkau Perusahan Listrik Negara (PLN).
Untuk penerangan pada malam hari, masyarakat menggunakan generator dan sebagian menggunakan lampu tenaga surya, bantuan pemerintah.
Menanggapi kebijakan pemerintah menggratiskan listrik selama beberapa bulan ke depan bagi 31 juta pengguna listrik golongan 450 VA dan 900 VA, baik yang prabayar maupun pascabayar, Bernadus mengatakan bahwa seharusnya pemerintah menyediakan juga bantuan bagi daerah yang belum dijangkau PLN.
“Kebijakan dari Jokowi hanya dirasakan masyarakat perkotaan. Kami yang di desa tidak diberikan apa-apa,” katanya.
GABRIN/FLORESA
