Floresa.co – Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, salah satu lembaga pendidikan tinggi milik Gereja Katolik terkemuka di Flores, akan memulai Program Studi Magister Filsafat pada tahun ini.
Langkah ini menyusul terbitnya Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Nomor 287/B/O/2025 pada 22 April 2025 yang mengesahkan pembentukannya.
“Program ini menambah daftar program studi yang dikelola oleh IFTK Ledalero menjadi tujuh dan dirancang untuk menjawab kebutuhan akademik akan tenaga pengajar filsafat sekaligus membentuk kapasitas intelektual yang kritis dan reflektif terhadap persoalan-persoalan zaman,” demikian keterangan resmi lembaga yang berbasis di Maumere, Kabupaten Sikka itu.
IFTK Ledalero sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero.
Mayoritas mahasiswa kampus yang berdiri pada 1937 itu adalah para calon imam Katolik, baik dari keuskupan di daratan Flores, maupun dari sejumlah kongregasi religius.
Program studi saat masih bernama STFK hanya tiga, yakni S1 Filsafat, S1 Pendidikan Keagamaan Katolik dan S2 Teologi.
Setelah resmi berganti nama menjadi IFTK pada 16 Juni 2022, lembaga ini menambahkan dua program studi baru yakni S1 Kewirausahaan dan S1 Desain Komunikasi Visual.
Pada tahun lalu, kampus ini juga menambahkan Program Studi Sistem Informasi pada jenjang Strata 1.
Dalam penjelasan yang diterima Floresa pada 26 April, Rektor IFTK Ledalero, Dr. Otto Gusti Madung, SVD berkata, ada beberapa alasan kampus itu membuka Program Studi Magister Filsafat.
Pertama, kata dia, adalah alasan pragmatis.
Dalam kurikulum pemerintah di lembaga pendidikan tinggi, katanya, kuliah-kuliah filsafat seperti logika dan filsafat ilmu pengetahuan dijadikan sebagai kuliah dasar umum yang wajib diajarkan.
“Dengan demikian, program studi ini dapat menjawabi kebutuhan akan dosen untuk mata kuliah-mata kuliah tersebut,” katanya.
Di samping itu, ia berpandangan “kuliah etika dalam arti refleksi filosofis-rasional tentang baik dan buruknya tindakan manusia perlu dan harus diajarkan di lembaga pendidikan tinggi.”
Di Jerman, Prancis dan sejumlah negara Eropa lainnya bahkan etika dan filsafat sudah diajarkan sejak SMA.
“Etika itu berbeda dari pendidikan moral yang diajarkan di Indonesia yang sering diwarnai dengan indoktrinasi dan membosankan untuk anak muda yang kuliah di perguruan tinggi.”
Menurut Otto, etika dan filsafat mengajarkan orang berpikir, misalnya tentang mengapa orang tidak boleh membunuh atau mencuri.
Sementara dalam agama diajarkan bahwa alasannya karena dilarang oleh Tuhan, “dalam filsafat ada macam-macam alasannya dan diberikan justifikasi rasional.”
Misalnya, “saya tidak boleh mencuri karena saya tidak mau barang saya dicuri orang atau saya tidak boleh mencuri karena hak milik adalah salah satu hak kodrati. Hak milik adalah hak kodrati karena saya sebagai subjek telah menginvestasikan energi untuk menghasilkan barang tersebut.”
Kedua, kata Otto, adalah alasan kesehatan. Ia merujuk pada pemilikan filsuf Hegel bahwa filsafat adalah Anstrengung des Denkens atau untuk olahraga otak.
“Olahraga otak penting untuk melawan lupa dan kepikunan. Cukup banya orang Indonesia yang cepat lupa atau pikun sehingga tidak heran jika banyak koruptor atau penjahat HAM begitu gampang dipilih kembali untuk menempati kekuasaan politik,” katanya.
“Filsafat itu urgen sebagai instrumen untuk melawan lupa,” katanya.

Ketiga, jelas Otto, lagi-lagi merujuk pada pemikiran Hegel bahwa filsafat ibarat “Burung hantu Dewi Minerva yang baru mengepakkan sayapnya ketika matahari terbenam.”
“Filsafat mulai menjalankan tugas setelah kenyataan menyelesaikan proses pembentukannya,” katanya.
Otto berkata, “kita membutuhkan kemampuan untuk melakukan refleksi atas seluruh hidup dan realitas di mana kita hidup.
“Sebab, hidup yang tidak direfleksikan akan jadi dangkal dan tak layak dihidupi. Untuk itu, filsafat dapat membantu kita,” katanya.
Karena itu, perpaduan antara filsafat dan teknologi kreatif sebagaimana yang kini menjadi nama kampus itu “bukan sekedar nama untuk memenuhi tuntutan administrasi dan birokrasi lembaga pendidikan tinggi.”
IFTK Ledalero, “ingin secara serius membangun sebuah refleksi filosofis tentang dampak-dampak teknologi, terutama teknologi digital bagi kehidupan manusia, bagi formasi kesadaran, perilaku dan tatanan sosial umat manusia.”
“Salah satu kekhasan jika Anda belajar di prodi-prodi non-filosofis di lembaga ini ialah bahwa Anda akan diberi kesempatan untuk berkenalan dengan sejumlah mata kuliah filsafat termasuk filsafat teknologi,” kata Otto.
Pendaftaran mahasiswa angkatan pertama Program Studi Magister Filsafat akan dibuka pada pertengahan tahun ini dan kuliah mulai berjalan pada Agustus.
IFTK Ledalero menyatakan “mengundang semua pihak yang tertarik untuk bergabung dalam ruang dialog dan refleksi mendalam tentang hidup dan dunia.”
Perkuliahan program studi ini akan dilaksanakan di Kampus II setiap sore hingga malam untuk menjangkau mahasiswa dari berbagai latar belakang, termasuk profesional dan para calon imam.
“Bagi peserta dari jalur formasi keimaman, akan tersedia kuliah pilihan wajib teologi sebagai persyaratan khusus,” tulis IFTK.
Editor: Ryan Dagur