Floresa.co – Puluhan Petani sebuah desa di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur melakukan aksi protes kepada pelaksana proyek pembangunan jalan yang membuang material di sawah mereka.
Proyek jalan hotmiks di Kampung Purang Kilit, Desa Papang, Kecamatan Satar Mese itu bersumber dari dana Inpres tahun 2023 senilai lebih dari 22 miliar rupiah.
Romanus Menjo, warga Purang Kilit mengatakan, 30 petani ikut dalam aksi pada Rabu, 25 Oktober itu yang digelar di pinggir jalan, dekat lokasi proyek.
Warga, katanya, mendesak agar kontraktor pelaksana proyek tersebut segera mengambil tindakan.
“Gara-gara material proyek, kami tidak bisa kerjadian sawah kami,” katanya kepada Floresa.
Ia menjelaskan, sejak awal pengerjaan proyek itu, petani telah mengingatkan kontraktor agar batu-batu besar hasil pelebaran jangan dibuang ke sawah.
“Kami selalu ingatkan bahwa batu-batu besar di sawah kami itu tidak bisa diangkat dengan tenaga manusia. Itu harus diangkat menggunakan alat berat,” katanya.
“Kalau kami tidak keja sawah, kami makan apa,” tambah Romanus.
Yulianus Darman, warga lain yang ikut aksi protes itu menjelaskan, mereka tentu senang dengan proyek jalan tersebut, tetapi pelaksana proyek juga mesti memperhatikan nasib mereka.
“Kami ini petani, kehidupan kami ada di sawah itu. Bayangkan kalau kami tidak kerja sawah. Kami makan apa?” katannya.
Sementara itu, Djibrael Tuka Rohi, Pejabat Pembuat Komitmen proyek itu mengatakan telah mendapatkan informasi terkait aksi unjuk rasa tersebut.
Ia menjelaskan sudah memerintahkan kontraktor pelaksana membersihkan material di sawah warga.
“Saya sudah perintahkan tadi, segera bersihkan tumpukan material itu,” kata Djibrael kepada Floresa.
Sementara itu, Zainal Arifin, direktur PT. Genta Bangunan Nusantara, kontraktor pelaksana peroyek mengatakan berdasarkan informasi dari lapangan “sudah dilakukan pembersihan” material di sawah warga.