Harus Mengungsi pada Malam Pergantian Tahun, Cerita Warga Terdampak Erupsi Lewotobi Laki-laki di Flores Timur

Pemerintah mengimbau warga tak beraktivitas sejauh tiga kilometer dari rekahan kawah 

Floresa.co – Hanya tiga menit usai pergantian tahun, Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur kembali erupsi. Sejumlah warga, yang awalnya mengira bunyi erupsi adalah petasan, berlarian tanpa sempat mengemas barang.

Erupsi pada malam pergantian tahun itu memaksa ribuan warga di enam desa di dua kecamatan mengungsi ke Kantor Kecamatan Wulanggitang. 

Enam desa tersebut masing-masing Hokeng Jaya, Nawakote, Waiula, Klatanlo, Boru [Kecamatan Wulanggitang] dan Dulipali [Kecamatan Ilebura].

Sejumlah lainnya mengungsi ke Hikong, Desa Kringa dan Desa Timu Tawa di Kabupaten Sikka.

Ursula Tewo Watu, seorang warga Dusun Podor di Desa Boru baru menuntaskan makan malam menjelang pengujung tahun ketika tiba-tiba terdengar gemuruh dari arah Lewotobi Laki-Laki. 

“Awalnya saya pikir suara petasan,” katanya ketika ditemui Floresa di pos pengungsian pada 1 Januari 2024, “tetapi bunyinya semakin kuat dan tak lama kami mendengar orang-orang berteriak, ‘Gunung meletus!’”

Erupsi pada 1 Januari 2024 itu terjadi pukul 00.03 Wita. Ketinggian kolom erupsi mencapai 1.000-1.500 meter, menurut catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG], Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Ursula Tewo Watu bersama kerabatnya berada di posko pengungsian, Boru, Wulanggitang, Flores Timur (Foto: Maria Margaretha Holo)

Melihat awan bergumul-gumul meninggi pada puncak Lewotobi Laki-laki, perempuan berusia 56 tahun itu segera mengungsi ke halaman Kantor Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur. Wulanggitang berjarak sekitar lima kilometer dari rekahan kawah Lewotobi Laki-laki.

Ia sempat mengemas beberapa helai pakaian sebelum mengungsi, hal yang tak sempat dilakukan sejumlah warga lain di kampungnya maupun yang berada di lima desa terdampak erupsi di Wulanggitang dan Ile Bura.

Veronika Kese Boruk dan suaminya, warga Desa Dulipali, Kecamatan Ilebura, Flores Timur “hanya bawa pakaian yang melekat pada badan.” 

Berbicara kepada Floresa di pos pengungsian di Boru, Wulanggitang pada 1 Januari 2024, Veronika berniat “pulang sebentar, ambil bekal makanan, pakaian dan selimut.”

Dibanding Wulanggitang, Ilebura berjarak lebih dekat dengan rekahan kawah Lewotobi Laki-laki. Sekitar tiga kilometer jaraknya, sesuai pengukuran pada aplikasi perpetaan Google Maps. 

Ia mengaku “pasrah dengan keadaan.”

“Kami tinggal di kaki Lewotobi Laki-laki,” kata Veronika sebelum melanjutkan, “bisa mati kalau tak mengungsi. Terserah pemerintah mau bagaimana urus kami.”

Veronika dan Anton, warga terdampak erupsi dari Duli Pali. (Foto:Maria Margaretha Holo/ Floresa.co)

Camat Wulanggitang, Fredi Moat Aeng pada 1 Januari 2024 menyatakan sebanyak 1.172 warga “dievakuasi ke posko yang disediakan pemerintah.” 

Hingga 2 Januari 2024, “kecamatan masih mendata warga terdampak [erupsi].”

Jumlahnya bertambah sebanyak 759 orang menjadi 1.931 pengungsi pada 2 Januari 2024, menurut data yang diperoleh Floresa dari Dinas Sosial Kabupaten Flores Timur.

Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Flores Timur, Yohanes B.P. Hayon, menjelaskan “setidaknya tiga fasilitas umum yang dipakai sebagai pusat pengungsian.” 

Selain halaman kantor Kecamatan Wulanggitang, posko pengungsian juga didirikan di halaman SDK Kemiri dan Koperasi Kredit Remaja Hokeng di Desa Boru.

Aktivitas Vulkanis Meningkat, Status Dinaikkan

Gunung Lewotobi Laki-laki tercatat lima kali erupsi sejak aktivitas kegempaannya meningkat pada 12 Desember 2023. 

Aktivitas gunung berapi Lewotobi Laki-laki, Selasa 2 Januari 2024. (Istimewa)

Magma Indonesia, situs resmi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat Lewotobi Laki-laki kembali erupsi pada 2 Januari 2024 pukul 11.49 Wita. Tinggi kolom erupsi tak teramati dalam kejadian selama 52 detik itu.

Dalam pernyataan tertulis pada 1 Januari 2024, Kepala PVMBG, Hendra Gunawan menetapkan kenaikan status peringatan terhadap aktivitas vulkanik Lewotobi Laki-laki dari Level II [Waspada] ke Level III [Siaga].

Status “Siaga” menunjukkan peningkatan seismik pada suatu gunung berapi yang berpotensi memicu erupsi besar dalam kurun dua pekan berikutnya.

Level peringatan tertinggi adalah “Awas” yang mengacu pada potensi erupsi besar dalam kurun 24 jam sejak penetapan statusnya.

Desa Kringa, salah satu desa dari empat desa di wilayah Kabupaten Sikka yang terkena dampak abu vulkanik dari erupsi gunung berapi Lewotobi Laki-laki. (Foto: Maria Margaretha Holo)

Hendra “mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari pusat erupsi.”

PVMBG juga “melarang aktivitas hingga radius 4 kilometer arah barat laut-utara dan selatan-tenggara dari pusat erupsi.”

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Penuh Haru, Kepulangan Warga Adat Ngkiong, Manggarai Timur yang Dibebaskan Mahkamah Agung 

14 bulan mendekam di lapas, Mikael Ane akhirnya kembali menjejakkan kaki di rumah adat

Terancam Turun Kelas Jadi BPR, Pemenuhan Modal Inti Bank NTT Disebut Terhambat di Meja Penjabat Gubernur

Batas waktu pemenuhan modal inti minimum Rp3 triliun makin mepet, namun Penjabat Gubernur NTT tak juga meneken perjanjian kerja sama Kelompok Usaha Bank antara Bank NTT dan Bank DKI, meski sudah ada Nota Kesepahaman

PPMAN: Perintah MA Pulihkan Hak dan Martabat Mikael Ane Pertegas Dia Korban Kriminalisasi oleh Negara

Sementara Mikael Ane telah bebas, tapal batas pasti antara Taman Wisata Alam Ruteng dengan tanah ulayat warga adar masih simpang siur

Komunitas di Bandung Pecat dengan Tidak Hormat Pendiri yang Lakukan Kekerasan Seksual

Media independen juga mengambil langkah menghapus artikel yang ditulis pelaku sebagai bentuk dukungan terhadap penanganan kasus ini

Dampak Gastro-kolonialisme terhadap Kehidupan Warga Adat Papua: Apa yang Mesti Diperjuangkan?

Masyarakat mulai kehilangan akses terhadap tanah dan berpotensi menghadapi gerusan budaya

Warga Adat di Ngkiong, Manggarai Timur: Dibui Pengadilan Negeri Ruteng, Dibebaskan Mahkamah Agung

Floresa.co - Mahkamah Agung ‘mengoreksi’ putusan Pengadilan Negeri Ruteng dalam kasus terkait warga adat di Kabupaten Manggarai Timur. Dalam putusan kasasinya, MA membebaskan Mikael...