Antisipasi Konflik, GP Ansor di Alor Libatkan Kaum Muda dalam Deklarasi Pilkada Damai

Alor merupakan salah satu dari tiga daerah di NTT yang teridentifikasi rawan konflik saat pilkada

Floresa.co – Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda [GP] Ansor di Kabupaten Alor menggelar diskusi yang diakhiri deklarasi pilkada damai, merespons dinamika jelang pemilihan pada November yang disebut “semakin memanas” dengan menyebarnya berbagai informasi bohong di media sosial.

Acara itu digelar pada 19 September di Aula Hotel Adi Darma yang dihadiri 50 peserta, demikian menurut siaran pers yang diperoleh Floresa.

Selain dari pengurus GP Ansor yang merupakan salah satu badan otonom [Banom] organisasi Muslim moderat Nahdlatul Ulama, peserta lainnya adalah dari perwakilan Ketua Remaja Masjid, mahasiswa dan para pemuda.

Mohamad Fajrian Jong, Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Alor berkata, acara itu menjadi penting karena “pilgub dan pilkada hari ini semakin memanas dengan berbagai macam isu yang menyebar di media sosial maupun dalam percakapan masyarakat sehari-hari yang mudah tergiring opini maupun berita yang belum tentu kebenarannya.”

Di samping itu, katanya,  banyak “akun-akun palsu yang berseliweran di media-media sosial yang kurang mengedukasi masyarakat.”

Irwansah, Sekretaris Pimpinan Cabang GP Ansor Alor berkata, dengan menggelar acara ini, GP Ansor Alor menegaskan sikap politik yang menekankan pentingnya mengutamakan kemanusiaan.

Ia menyebut, Pilkada Alor tahun ini yang diikuti lima pasangan calon representasi dari setiap pulau dan kecamatan menjadi sesuatu yang baru.

Karena itu, diskusi dan deklarasi ini menjadi penting untuk menetralisasi “politik pecah belah yang dimainkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.”

“Dalam tradisi politik Nahdlatul Ulama, ada ucapan Gus Dur bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan,” kata Irwansah yang sering disapa Gus Remo.

Sesi diskusi menghadirkan narasumber Mu’min Boli, penulis buku Generasi Transisi dan Turbulensi Politik yang juga cendekiawan muda Nahdlatul Ulama di Alor.

Menurutnya, perhelatan politik Indonesia saat ini sangat jauh dari aras dan konsepsi politik yang ideal nan damai.

Mu’min menegaskan, sejatinya tujuan perhelatan politik adalah untuk mencari pemimpin yang berintegritas dan berkualitas demi terciptanya masyarakat yang hidup dalam welas asih.

“Polarisasi politik atau pengkutuban dalam masyarakat bisa terjadi jika kita sebagai kaum muda tidak mengambil peran yang mendidik,” katanya.

Ia mengambil contoh pilkada di DKI Jakarta pada 2017 yang memainkan isu agama dan ras, ditambah menjamurnya hoaks yang berujung pada terbelahnya masyarakat di akar rumput.

Ia menyatakan, hal ini berbahaya jika terjadi di Alor yang secara kultur warganya heterogen dan sudah hidup damai sejak dahulu kala.

“Karena itu, mari kita rawat terus persaudaraan di bumi nusa kenari ini dan terus berpegang pada semboyan leluhur kita, Taramiti Tominuku. Saya yakin yang bisa terus menjaga ini adalah kita kaum muda sebagai generasi transisi atau penerus,” katanya.

Acara ini diakhiri dengan deklarasi tiga poin pernyataan sikap. Pertama adalah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengawal dan menyukseskan Pilkada Alor sehingga “berjalan secara damai.”

Poin kedua adalah mengajak seluruh elemen masyarakat “mewujudkan situasi politik yang aman, damai, dan kondusif” sehingga pilkada “bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.”

Ketiga adalah mengajak seluruh elemen masyarakat “melawan segala bentuk hoaks dan perbuatan yang dapat menimbulkan kegaduhan politik serta memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.”

Mu’min Boli, pembicara dalam sesi diskusi mengajak peserta terus merawat persaudaraan di Alor. (GP Ansor Alor)

Alor Masuk Kategori Daerah Rawan Konflik Pilkada

Alor merupakan salah satu kabupaten di NTT yang menggelar pilkada pada November mendatang.

Lima pasangan yang akan bertarung adalah Iskandar Lakamau – Rocky Winaryo, Abdul Madjid Nampira – Seprianus Kaminukan, Simeon Thobias Pally –  Sri Inang Ananda Enga, Imanuel Ekadianus Blegur – Lukas Reiner Atabuy dan Gabriel Abdi Kesuma Beri Binna – Mulyawan Jawa.

Alor merupakan salah satu tiga daerah yang menurut Badan Pengawas Pemilihan Umum [Bawaslu] NTT rawan konflik dalam pilkada tahun ini, selain Malaka dan Sumba.

Menurut Komisioner Bawaslu NTT, Amrunur Muhumada Darwan, hal itu merupakan hasil pemetaan berdasarkan pilkada sebelumnya serta evaluasi terhadap pilpres dan pileg awal tahun ini.

Sementara itu, Therlince Loisa Mau, Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa Bawaslu Alor menyatakan ada beberapa daerah yang diidentifikasi paling rawan konflik, yakni Abal, Alor Barat Laut dan Pantar Barat Laut.

“Wilayah-wilayah ini memang memerlukan perhatian khusus,” katanya.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA