Floresa.co – Warga di kaki Ile Lewotolok mendesak pemerintah memberikan bantuan darurat seiring dampak hujan abu akibat erupsi gunung api di barat laut Pulau Lembata itu.
Lambertus Butu, petani di Desa Tanjung Batu di Kecamatan Ile Ape berkata “sayuran hasil kebun kami berselimut debu.”
“Kami tak lagi bisa mengonsumsinya. Apalagi mau dijual,” kata Lambertus.
Pernyataannya serupa Agus Salim Langobelen, seorang warga Desa Amakaka di kecamatan yang sama.
“Kami sudah coba cuci sayur yang diselimuti abu vulkanis. Tapi tetap takut mau makan,” katanya.
Amakaka dan Tanjung Batu terpaut sekitar dua kilometer. Keduanya berjarak kira-kira tiga kilometer dari kawah Ile Lewotolok.
Lambertus dan Agus mengaku beberapa tetangga mereka mulai mengeluhkan gangguan pernapasan.
Lambertus berkata sumur sekitar yang menjadi sumber pemenuh kebutuhan akan air bersih “mulai terpapar abu vulkanis.”
Khawatir kualitas air akan berdampak pada kesehatan diri, warga lalu membeli air dalam kemasan galon.
Satu galon air minum dalam versi isi ulang dibanderol Rp5.000.
Namun, air tersebut hanya dimanfaatkan untuk minum. Mereka tetap menggunakan air sumur untuk mandi dan mencuci.
“Badan saya mulai gatal-gatal,” kata Lambertus.
Terancam Gagal Panen
Sebagian besar warga Ile Ape bermatapencaharian sebagai petani.
Hujan abu bercampur pasir yang turun tanpa henti membuat warga sulit merawat kebun. Kalaupun mampu ke kebun, mereka susah memanen lantaran tanaman berselimut debu vulkanis.
Kepala Desa Amakaka di Kecamatan Ile Ape, Ambrosius Boyang berkata “perekonomian warga menurun selama sepekan terakhir.”
Yunus Arakian Lamatoro, warga di Desa Waowala memiliki kebun yang banyak ditanami jambu mete.
Desanya terpaut sekitar lima kilometer dari Amakaka.
Warga setempat lumrahnya memanen jambu mete pada Juni.
Kini “jambu mete kami terancam gagal panen.”

Sementara itu, kata Ambrosius, sejumlah pompa air bertenaga surya yang juga dimanfaatkan mulai tersendat karena panel pompa ditutupi abu.
“Bisa dibersihkan, tetapi nanti tertutup debu vulkanis lagi,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Lambertus, Agus dan Yunus meminta pemerintah daerah lekas memberikan bantuan darurat bagi warga yang terdampak erupsi Ile Lewotolok.
“Setidaknya datangkan bahan pangan sehat, air bersih, masker dan adakan pemeriksaan kesehatan,” kata Yunus.
Kehabisan Bahan Bakar, Batal Turun Lapangan
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Andris Koban mengaku telah berkoordinasi dengan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka NTT untuk mendatangkan masker.
“Kami akan distribusikan masker melalui pihak kecamatan, baru diteruskan ke masyarakat,” kata Andris tanpa menjabarkan waktu pastinya.
Pada April 2025, “kami memberi 18 ribu masker ke desa-desa sekitar Ile Lewotolok.”
Namun, katanya pada 27 Juni, “banyak warga tak mengenakannya selama di luar ruangan.”
Ia menyatakan BPBD Lembata akan “menggelar sosialisasi dan mengaktifkan klaster kesehatan di dua Puskesmas.”
Masing-masing Puskesmas yang disebutkannya berada di Waipukang (Ile Ape) dan Lamaau (Ile Ape Timur).
Selain itu, “Basarnas juga telah melatih 150 orang terkait tanggap darurat bencana.”
Andris tak mendetailkan elemen apa saja yang menjadi peserta pelatihan tersebut.
Ia hanya mengatakan “tanggap darurat tidak hanya tugas pemerintah kabupaten, tetapi tanggung jawab bersama, termasuk pemerintah kecamatan dan desa.”

Menanggapi Andris, Kepala Desa Amakaka, Ambrosius Boyang mengaku “kebingungan bagaimana mau bertindak karena tidak ada arahan jelas dari pemerintah daerah.”
Ambrosius juga “menyayangkan pemerintah kabupaten masih dalam tahap rencana dan pelatihan meski kondisi kian parah.”
Floresa sempat mengonfirmasi dampak debu vulkanis di sejumlah desa di kaki Ile Lewotolok, yang ia jawab “tidak tahu kondisi selama seminggu terakhir” setelah sebelumnya mengaku “rutin patroli untuk memantau situasi.”
Seusai permintaan konfirmasi tersebut, Andris mengaku akan “perintahkan tim untuk turun ke lapangan.”
Beberapa jam kemudian ia mengabari: “Tidak jadi jalan karena kehabisan bahan bakar dan stok Dexlite di SPBU Lamahora pun habis.”
SPBU Lamahora berada di Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape. Dexlite merupakan salah satu varian bahan bakar kendaraan bermesin diesel.
Terus Erupsi
Status aktivitas vulkanis Ile Lewotolok naik-turun menyusul rangkaian erupsi gunung api itu dalam beberapa bulan belakangan.
Pemerintah kembali menaikkan status Ile Lewotolok ke level “Waspada” pada 17 Juni.
“Waspada” menandai level dua dari empat status aktivitas vulkanis suatu gunung api.
Ile Lewotolok kian aktif erupsi sesudahnya.
Dentuman erupsi Ile Lewotolok pada 28 Juni terasa hingga Larantuka, ibu kota Flores Timur.
Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok mengimbau masyarakat tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah Ile Lewotolok.
Petugas pos pengamatan juga memperingatkan potensi longsor dan aliran lahar, khususnya pada sungai-sungai di Desa Lamatokan dan Desa Jontona–keduanya di Kecamatan Ile Ape Timur.
Mereka juga mengingatkan warga di sekitar lereng gunung untuk mewaspadai potensi banjir lahar, terutama saat terjadi hujan lebat.
Editor: Anastasia Ika