Saya tidak tahu tetek-bengek Hari Valentine atau Valentine Day sampai dengan kelas 1 SMA di Seminari Pius XII Kisol. Kala itu, seorang guru yang tidak lain seorang frater masuk...
"Bisa gantikan giliran saya? Saya merasa sedikit
demam," tawar saya kepada seorang teman.
Kala itu giliran saya untuk siaran radio. Namun, saya coba
melimpahkannya kepada seorang teman. Beberapa teman sudah saya tawarkan,...
Mimpi besar dalam diri Savrianus Jemahan yang membawanya ke dunia diving. Pemuda yang sejak usia 19 tahun sudah menjadi dive master ini, menekuni kemampuan menyelamnya ini sebagai pegangan hidup....
Borong, Floresa.co - 'Cangkir 16' adalah komunitas baca di kota Borong yang dibentuk oleh sekelompok anak muda yang merasa resah dengan rendahnya minat baca generasi milenial di kota tersebut.
Menurut...
PMKRI Ruteng menggelar aksi unjuk rasa pada 5 Juni, di mana mereka ikut menuntut Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung mengambil tindakan terhadap para jaksa dan hakim yang menangani kasus Terminal Kembur
Artikel berjudul "'Tanah itu Ibu Kami’: Cara Perempuan Poco Leok, Flores Pertahankan Tanah dari Ancaman Proyek Geothermal” menjadi juara satu dalam lomba yang digelar oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Indonesiana.id dan Mongabay Indonesia itu.
Dalam acara Hari Kebebasan Pers Sedunia di Labuan Bajo yang digelar Project Multatuli dan Floresa, para jurnalis, warga adat, kaum muda, aktivis dan akademisi bersama-sama mendiskusikan peran pers dalam mengawal proses pembangunan di Flores.
Ketika yang jadi alat ukur hanyalah Produk Domestik Bruto, kekayaan alam dan masyarakat hanya dilihat sebagai faktor produksi, sementara dampak ekologis dan sosial tak jadi pertimbangan. Hukum pun dipakai sebagai alat legitimasi kerusakan melalui pelbagai pelonggaran dan deregulasi.