Keluarga Pati Masang kehilangan tanah 5.000 meter persegi di dekat Pantai Pede, Labuan Bajo yang ditempati selama berdekade. Ada dugaan penggunaan keterangan palsu yang menjadi alasan klaim oleh pengusaha asal Surabaya
Sejumlah media memuat berita berisi tudingan yang memojokkan Floresa terkait polemik geotermal Poco Leok. Apa yang keliru dengan media-media tersebut, juga tudingan-tudingannya?
Narasi-narasi kapitalistik yang mereduksi makna tanah hanya dari segi ekonomi melanggengkan praktek perampasan yang disokong kekuasaan lewat ketentuan legal-formal
Ia merintis Hanaf Perempuan Flobamoratas, komunitas pemberdayaan mantan pekerja migran, berharap agar mereka tak lagi memilih merantau untuk menghidupi keluarga
Sidang kasus Mariance yang selamat dari rumah majikan usai melempar selembar surat minta tolong ke tetangga akan diputuskan di Malaysia pada akhir Juni
Kelompok perempuan di Poco Leok terlibat aktif dalam gerakan perlawanan menolak proyek geotermal yang diyakini mengancam masa depan hidup dan lingkungan mereka
Meski judul buku Robert Harrison Barnes mengandung kata "hunters" yang berarti “para pemburu,” ia tak sekalipun menyebut “pemburu” untuk nelayan Lamalera pada setiap halaman
Floresa.co – Warga Poco Leok di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur yang menolak proyek geothermal Pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6 mengadakan aksi protes di Ruteng pada Rabu, 9 Agustus.
Aksi tersebut adalah salah satu dari beragam cara yang mereka lakukan untuk menyatakan penolakan di tengah gencarnya upaya pemerintah dan perusahaan negara PT PLN meloloskan proyek tersebut.
Sebelumnya, warga menulis surat kepada Bupati Manggarai Herybertus GL Nabit, pihak Badan Pertanahan [ATR/BPN], juga Bank Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) sebagai pendana proyek, menyatakan sikap penolakan.
Mereka juga beberapa kali menghadang petugas pemerintah dan perusahaan yang dikawal ketat aparat keamanan di beberapa lokasi pengeboran [Wellpad], termasuk menghadang Bupati Nabit dalam kunjungannya ke Poco Leok, 27 Februari.
Aksi unjuk rasa ini diikuti oleh sekitar 200 warga, perempuan, laki-laki maupun kaum muda, dari 10 kampung adat [Gendang] yang masuk wilayah Poco Leok. Dari titik kumpul di samping Gereja Katedral Santa Maria Assumpta, warga berjalan kaki menuju Kantor DPRD, lalu Kantor Bupati Manggarai.
Mereka kemudian mengadakan pertemuan dengan Wakil Bupati Heribertus Ngabut.
Floresa mendokumentasikan rangkaian aksi tersebut dalam foto-foto berikut.