Selamat datang di KoLiterAksi yang secara khusus kami sediakan untuk artikel-artikel terkait edukasi. Kami membuka ruang seluas-luasnya kepada pelajar, guru, mahasiswa, dosen, pemerhati pendidikan, maupun masyarakat umum untuk menulis. Setiap artikel dikurasi oleh tim editor kami. Inisiatif ini merupakan upaya mendukung literasi di NTT, khususnya di institusi-institusi pendidikan. Ketentuan pengiriman artikel bisa dicek di sini. Gabung juga di Grup WhatsApp KoLiterAksi, tempat kami berbagi informasi-informasi terbaru, dengan langsung klik di sini.
Sekolah di Kabupaten Manggarai Timur ini mengimplementasikan kebijakan yang mewajibkan peserta didik tanam pohon saat lulus. Hal ini juga bagian dari pelaksanaan Kurikulum Merdeka
Magdalena Hoin Leba tetap tekun belajar saat kembali ke rumahnya akibat pandemi Covid-19. Ia juga memanfaatkan waktu luang untuk berlatih menenun, keterampilan yang diwariskan turun-temurun oleh perempuan di kampungnya.
Floresa.co – Warga Poco Leok di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur yang menolak proyek geothermal Pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6 mengadakan aksi protes di Ruteng pada Rabu, 9 Agustus.
Aksi tersebut adalah salah satu dari beragam cara yang mereka lakukan untuk menyatakan penolakan di tengah gencarnya upaya pemerintah dan perusahaan negara PT PLN meloloskan proyek tersebut.
Sebelumnya, warga menulis surat kepada Bupati Manggarai Herybertus GL Nabit, pihak Badan Pertanahan [ATR/BPN], juga Bank Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) sebagai pendana proyek, menyatakan sikap penolakan.
Mereka juga beberapa kali menghadang petugas pemerintah dan perusahaan yang dikawal ketat aparat keamanan di beberapa lokasi pengeboran [Wellpad], termasuk menghadang Bupati Nabit dalam kunjungannya ke Poco Leok, 27 Februari.
Aksi unjuk rasa ini diikuti oleh sekitar 200 warga, perempuan, laki-laki maupun kaum muda, dari 10 kampung adat [Gendang] yang masuk wilayah Poco Leok. Dari titik kumpul di samping Gereja Katedral Santa Maria Assumpta, warga berjalan kaki menuju Kantor DPRD, lalu Kantor Bupati Manggarai.
Mereka kemudian mengadakan pertemuan dengan Wakil Bupati Heribertus Ngabut.
Floresa mendokumentasikan rangkaian aksi tersebut dalam foto-foto berikut.
Ibu-ibu dari Poco Leok berada di barisan terdepan aksi, membentangkan spanduk tuntutan, menyanyikan yel-yel dan lagu-lagu. (Dokumentasi Floresa)Warga membawa baliho bertuliskan tuntutan-tuntutan aksi, di antaranya menuntut Bank KfW untuk menghentikan pendanaan proyek geothermal dan mencabut SK Bupati Manggarai terkait penetapan lokasi proyek. (Dokumentasi Floresa)Massa bernegosiasi dengan polisi di depan gedung DPRD Manggarai, menuntut pimpinan dan anggota dewan menemui mereka. (Dokumentasi Floresa)Para ibu mengepalkan tangan dan meneriakkan “Tolak Geothermal” ketika berjalan kaki di samping Gereja Katedral St. Yosef atau Gereja Katedral Lama Ruteng. (Dokumentasi Floresa)Warga mengangkat tulisan “Hentikan Seluruh Aktivitas PT PLN UIP Nusra, Aparat Keamanan, dan Pemerintah Daerah-Pusat di Poco Leok.” (Dokumentasi Floresa)
Mengenakan pakaian adat Manggarai, warga berjalan kaki sambil berorasi.” (Dokumentasi Floresa)Warga mengangkat spanduk-spanduk tuntutan di depan gerbang gedung DPRD Manggarai yang dijaga ketat aparat keamanan. (Dokumentasi Floresa)Mikael Janggut dari Kampung Adat Mori, Poco Leok sedang berorasi di depan Kantor DPRD Manggarai. (Dokumentasi Floresa)Petrus Jehaput, dari Kampung Adat Mocok mengangkat spanduk tuntutan kepada Bank Jerman KfW. (Dokumentasi Floresa)Maria Suryanti Jun, asal kampung Mocok, sedang berorasi di atas mobil komando saat massa bergerak menuju Kantor Bupati Manggarai. (Dokumentasi Floresa)Ibu-ibu Poco Leok menggelar hasil bumi di depan kantor bupati. (Dokumentasi Floresa)Aparat keamanan menjaga ketat gerbang Kantor Bupati Manggarai. (Dokumentasi Floresa)
Warga menggelar aksi di depan gerbang kantor bupati yang dijaga ketat aparat keamanan, menuntut Bupati Herybertus GL Nabit menemui mereka. (Dokumentasi Floresa)Warga beraudiensi dengan Wakil Bupati Heribertus Ngabut dan Sekretaris Daerah Fansialdus Jahang. Ngabut berjanji meminta penghentian sementara aktivitas di Poco Leok. (Dokumentasi Floresa)