Kasus kekerasan terakhir melibatkan Alfian Purab, anggota Polres Manggarai Barat. Dalam berita soal proses damai, Kapolres menyebut kasus ini dipicu kesalahpahaman
Aksi Karlo Gampur menyita perhatian dan simpati publik, menyebutnya sebagai bentuk solidaritas di tengah dinginnya perhatian kampus terhadap masalah sosial ekologis
Kendati kerap diberi tahu bisa berbahaya bagi kesehatan, rokok tetap diyakini sebagai penyemangat bekerja di kebun dan dipercaya turut merawat keterhubungan dengan leluhur
Jadi bupati sejak 2021, Nabit terlibat sejumlah kontroversi. Mulai dari pemberhentian nakes, istri yang sempat diduga terlibat ‘main proyek,’ membangkang terhadap putusan Mahkamah Agung hingga menelantarkan suara warga dalam polemik proyek geotermal
Proyek 'food estate' mendasarkan diri pada pandangan sempit tentang bagaimana ketahanan pangan seharusnya terwujud, tanpa melihat cara-cara yang lebih berkelanjutan yang telah diterapkan oleh masyarakat adat.
Pemerintah dan koorporasi seringkali melakukan interpretasi sepihak terhadap Padiatapa karena ketidakjelasan kerangka hukum dan kebijakan nasional. Apa yang mesti dilakukan sehingga hak-hak masyarakat adat bisa benar-benar dilindungi?
Ia merintis Hanaf Perempuan Flobamoratas, komunitas pemberdayaan mantan pekerja migran, berharap agar mereka tak lagi memilih merantau untuk menghidupi keluarga
Sidang kasus Mariance yang selamat dari rumah majikan usai melempar selembar surat minta tolong ke tetangga akan diputuskan di Malaysia pada akhir Juni
Kelompok perempuan di Poco Leok terlibat aktif dalam gerakan perlawanan menolak proyek geotermal yang diyakini mengancam masa depan hidup dan lingkungan mereka
Meski judul buku Robert Harrison Barnes mengandung kata "hunters" yang berarti “para pemburu,” ia tak sekalipun menyebut “pemburu” untuk nelayan Lamalera pada setiap halaman
Floresa.co – Warga Poco Leok di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur yang menolak proyek geothermal Pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6 mengadakan aksi protes di Ruteng pada Rabu, 9 Agustus.
Aksi tersebut adalah salah satu dari beragam cara yang mereka lakukan untuk menyatakan penolakan di tengah gencarnya upaya pemerintah dan perusahaan negara PT PLN meloloskan proyek tersebut.
Sebelumnya, warga menulis surat kepada Bupati Manggarai Herybertus GL Nabit, pihak Badan Pertanahan [ATR/BPN], juga Bank Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) sebagai pendana proyek, menyatakan sikap penolakan.
Mereka juga beberapa kali menghadang petugas pemerintah dan perusahaan yang dikawal ketat aparat keamanan di beberapa lokasi pengeboran [Wellpad], termasuk menghadang Bupati Nabit dalam kunjungannya ke Poco Leok, 27 Februari.
Aksi unjuk rasa ini diikuti oleh sekitar 200 warga, perempuan, laki-laki maupun kaum muda, dari 10 kampung adat [Gendang] yang masuk wilayah Poco Leok. Dari titik kumpul di samping Gereja Katedral Santa Maria Assumpta, warga berjalan kaki menuju Kantor DPRD, lalu Kantor Bupati Manggarai.
Mereka kemudian mengadakan pertemuan dengan Wakil Bupati Heribertus Ngabut.
Floresa mendokumentasikan rangkaian aksi tersebut dalam foto-foto berikut.