Kecelakaan Berulang Kapal Rusak Citra Pariwisata Labuan Bajo, Perlu Evaluasi Serius Berbagai Pihak

KM Alfatharan yang mengangkut lima wisatawan asing menabrak karang dalam perjalanan menuju Taman Nasional Komodo, pada Januari 2024, menambah daftar kapal wisata yang kecelakaan di perairan itu

Floresa.co – Karolus Kambe resah dengan terus berulangnya kecelakaan kapal wisata di perairan Taman Nasional Komodo Komodo [TNK], bagian dari destinasi pariwisata superpremium Labuan Bajo

Menurut pria berusia 35 tahun yang memiliki usaha tour and travel ini, kapal merupakan salah satu unsur penting dalam pariwisata Labuan Bajo yang bercorak bahari.

“Jika sesuatu hal buruk terjadi dengan kapal wisata, maka otomatis pariwisata Labuan Bajo akan goyah,” katanya.

Karolus berbicara dengan Floresa terkait kecelakaan terbaru yang terjadi pada KM Alfatharan, 4 Januari sekitar pukul 13.00 Wita.

Kapal pinisi yang mengangkut enam penumpang – 5 wisatawan asing asal Belanda dan satu pemandu wisata – itu berlayar dari Pelabuhan Marina Labuan Bajo menuju TNK.

Namun, baru sekitar 20 menit berlayar, kapal dengan bobot  63 Gross Tonnage (GT) itu menabrak karang di perairan Nanga Bide, Tanjung Batu Putih. 

Lambung kapal pun bocor sehingga kandas. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Namun, hasrat para wisatawan untuk menikmati keindahan TNK ikut kandas karena harus dievakuasi kembali ke Labuan Bajo.

Prastowo Sri Nugroho Jati, Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan [KSOP] Labuan Bajo menjelaskan, kecelakaan kapa itu terjadi “akibat kabut tebal yang tiba-tiba datang.”

“Diduga akibat kabut yang terjadi di perairan Labuan Bajo, jarak pandang sangat terbatas,” katanya kepada Floresa pada 8 Januari.

Prastowo menduga kabut tebal yang terjadi dipicu abu letusan Gunung Lewotobi Laki-laki yang erupsi sejak malam pergantian tahun.

Ia tidak memerinci pemicu kabut tebal itu bisa sampai ke perairan TNK yang berada di sebelah barat Pulau Flores, sementara Gunung Lewotobi Laki-laki di ujung timur pulau itu. Pulau Flores memiliki panjang 354 kilometer.

Prastowo mengatakan kapal wisata Alfatharan sudah mengantongi izin berlayar dari KSOP.

Izin itu diberikan setelah kantornya melakukan inspeksi fisik kapal yang hendak berlayar, termasuk juga nakhodanya.

Kejadian Berulang

Kecelakaan kapal wisata di perairan Komodo bukan baru pertama kali terjadi. Tahun lalu, terjadi lima kecelakaan. Ada yang mengakibatkan korban jiwa.

Karena terus berulang, sebagai pelaku wisata, Karolus Kambe mendorong “perlu ada evaluasi” dari semua pihak yang terlibat langsung di sektor pariwisata Labuan Bajo.

“Jika ini terus berlanjut, maka wisatawan akan berpikir ulang untuk berwisata di Labuan Bajo. Bagaimanapun mereka akan mempertimbangkan keselamatan,”  katanya.

Menurutnya, beberapa kecelakaan kapal wisata itu terjadi karena pemilik kapal lebih mengutamakan jumlah tamu, alih-alih kesiapan kapal untuk berlayar.

Mestinya, menurut Karolus, kondisi kapal seperti mesin dan lambung kapal serta bagian lainnya dalam kondisi prima. 

Selain itu, kesiapan kru juga mesti diperhatikan, katanya.

“Kru mesti dalam kondisi sehat secara fisik dan mental. Kru harus paham soal mesin kapal, perubahan cuaca, arus laut, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelayaran,” ujarnya.

Yang terjadi selama ini, tambahnya, “orang tidak terlalu peduli atau bahkan tidak paham soal sistem berlayar tersebut.”

“Orang hanya peduli bagaimana bisa dapat tamu dan handle tamu di atas kapal,” kata Karolus.

“Sangat berbahaya ketika pelaku pariwisata Labuan Bajo yang nota bene sebagai pariwisata bahari justru mengabaikan sistem keamanan dan keselamatan berlayar. Ini menyangkut keselamatan wisatawan,” ujarnya.

Selain dari sisi pelaku, menurut Karolus, KSOP juga harus cermat memberikan izin berlayar, dengan mengecek kondisi fisik kapal.

“Jangan hanya melihat administrasi kapal lengkap lalu berikan izin berlayar, sementara fisik kapal tidak siap untuk berlayar,” ujarnya.

Prastowo Sri Nugroho Jati, Kepala Subbagian Tata Usaha KSOP Labuan Bajo menyepakatitiga faktor penyebab kecelakaan kapal wisata di Labuan Bajo yaitu cuaca yang tidak menentu, skill nakhoda kapal dan kondisi kapal.

Untuk cuaca, ia mengatakan bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika [BMKG] menganalisis cuaca. 

KSOP kemudian menyampaikan kondisi cuaca ini kepada para operator kapal.

“Kalau kecelakaan itu terjadi karena kelalaian dari nahkodanya, maka kita bisa memberikan tindakan sesuai undang-undang yang berlaku,” katanya.

“Jika itu karena ketidaklayakan kapalnya, maka kita mencabut izin berlayar kapal tersebut,” tambah Prastowo.

Suara Wisatawan

Ida Faridah, 46 tahun, mengatakan berbagai kecelakaan kapal wisata, termasuk yang terjadi pada Kamis 4 Januari, mestinya menjadi bahan evaluasi bagi pengelola kapal dan perusahaan tour and travel yang beroperasi di Labuan Bajo.

Perempuan asal Karawang, Jawa Barat, yang beberapa kali berwisata ke Labuan Bajo ini mengatakan, keselamatan, baik bagi wisatawan maupun pelaku wisata sendiri, sudah seharusnya  menjadi perhatian utama baik pemerintah maupun pihak swasta di sektor pariwisata.

Untuk aspek keselamatan, salah satu hal yang dilakukan, menurut Ida “misalnya jumlah penumpang kapal disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan kapal.”

Kemudian secara berkala, kondisi kapal dicek “baik oleh KSOP maupun oleh pemilik kapal sendiri.”

“Pihak pengelola kapal harus mempunyai kecakapan standar pelayaran,” ujarnya.

Demikian juga soal cuaca, menurut Ida, mestinya KSOP dan pengelola kapal terus berkoordinasi dengan BMKG.

Informasi kondisi cuaca dari BMKG harus menjadi peringatan dini, katanya.

“Jika pihak pengelola wisata sudah tahu akan ada dampak kurang baik, seharusnya bisa dijadwalkan ulang perjalanan wisata tersebut,” imbuhnya.

“Intinya, keselamatan adalah nomor satu. Kecelakaan yang terus berulang ini berdampak kurang baik bagi wisata di Labuan Bajo, yang merupakan salah satu destinasi internasional,” ujar Ida.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA