Floresa.co – Yohanes Pama Bukan menanam jagung di halaman rumahnya. Tak banyak memang, tetapi cukup menemaninya menyesap kopi sebelum pergi berladang.
Tanaman jagungnya baru berumur sebulan, ketika terpaksa ia tinggalkan sementara demi mengungsi.
Sejak 1 Januari, laki-laki berusia 60 tahun itu bertahan di pos pengungsian Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur.
Rumahnya berada di Dusun B Tuakewiti, Desa Dulipali, Kecamatan Ilebura. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari Titehena.
Pada 16 Januari dari sesama pengungsi di posko yang sama, ia mendengar kabar kampungnya diterjang banjir lahar dingin.
Selain soal seisi rumah, kekhawatiran Yohanes turut terpaku pada tanaman-tanaman jagungnya.
Menaiki sepeda motor miliknya, hari itu Yohanes memutuskan pulang ke kampung. “Selokan dan badan jalan kampung penuh dengan lumpur,” katanya kepada Floresa pada 17 Januari.
Diguyur hujan deras sekalipun, “tak pernah kampung kami jadi seperti ini.”
Ia semakin kaget ketika membuka pintu rumahnya. “Lumpur menggenangi seisi rumah.”
Menggunakan sekop dan cangkul serta dibantu beberapa tetangga, ia membersihkan genangan lumpur di dalam rumah.
“Bersihkan sebisanya saja,” kata Yohanes, “karena gemuruh terus terdengar dari arah gunung. Kami waswas.”
Sebelum kembali ke pengungsian, ia sempatkan menengok tanaman-tanaman jagung yang “semuanya rusak.”
Banjir lahar dingin pada 15 Januari dipicu hujan berintensitas tinggi di puncak Lewotobi Laki-laki, gunung berapi yang aktivitasnya terus menguat sejak 12 Desember 2023.
Selain permukiman, banjir lahar dingin juga merusak kebun dan perladangan di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur.
Kepala Desa Klatanlo, Petrus Muda, mencatat 5-6 hektare lahan pertanian warga tergenang lapisan lumpur yang turut merusak tanaman pangan dan perkebunan.
Buah kemiri, yang lumrahnya berjatuhan ketika matang dan dengan mudahnya dipungut petani, “tertimbun lumpur.”
Kepada Floresa pada 18 Januari, Petrus menyatakan “tahun ini berpotensi gagal panen di lahan kami.”
Selain karena banjir lahar dingin, perkiraannya turut mempertimbangkan banyaknya warga yang mengungsi sejak awal tahun, sehingga lahan belum lagi terurus.
Kebun sepi, “tak seorang pun bersihkan rumput liar.”
14 Kali Erupsi dalam Sehari
Lewotobi Laki-laki kembali erupsi pada 18 Januari sejak pukul 08.23 Wita. Tercatat 14 kali erupsi hingga 18 Januari sore.
Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Nusa Tenggara, Zakarias Ghele Raja “meminta warga tetap tenang dan terus mewaspadai aktivitas Lewotobi Laki-laki.”
Pemerintah memutuskan untuk menaikkan status peringatan Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi “Awas” [Level IV, tertinggi] pada 9 Januari.
Level “Awas” mengindikasikan potensi erupsi besar yang dapat mengancam permukiman sekitarnya, dalam kurun 24 jam sesudah penetapan statusnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memperluas radius larangan beraktivitas menjadi 5 kilometer dari sebelumnya 3 kilometer dari pusat erupsi.