Lebu Raya: Potensi Pariwisata NTT Besar, Tapi Minim Promosi

Floresa.co – Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) memilliki potensi pariwisata yang besar. Sebut saja Komodo yang sudah mendunia, Kelimutu, Pantai Pede, budaya Pasola di Sumba, dan lain sebagainya.

Namun, kata Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, promosi terhadap potensi-potensi itu masih minim.

“Promosi potensi wisata harus digencarkan. Percuma kita bangga akan Komodo sebagai satwa langka dunia, Taman Laut Alor, danau tiga warga Kelimutu, Pasola dan lain-lainnya, jika minim promosi,”, kata Gubernur NTT, Frans Lebu Raya seusai melantik kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Krearif (Parekfaf) NTT di Kupang seperti yang diberitakan Kompas.com, Rabu, (1/4/2015).

Ia menegaskan, keberadaan objek wisata tersebut belum tentu menjadi pengetahuan banyak pihak. Mungkin ada yang tahu, tapi belum ingin mengunjunginya. Alasannya, belum lengkapnyan informasi tentang objek wisata tersebut.

Dalam mempromosikan wisata, dibandingkan dengan negara tentangga seperti Malaysia, Indonesia umumnya dan NTT khususnya, demikian Lebu Raya, jauh tertinggal.

Negara tentangga seperti Malaysia mendapat dukungan yang cukup dengan sumber dana sehingga bisa mempromosikan objek wisatanya hingga ke mancanegara.

Melihat kelambanan tersebut, Lebu Raya mengajak semua pihak harus memiliki andil dalam mengharumkan wisata NTT.

Tak pelak, Putra Daerah Flores Timur ini bertekad menjadikan NTT sebagai provinsi wisata. Tidak harus sama seperti yang dimiliki Bali saat ini. Beliau mendorong agar terciptanya desa wisata. Maka, partisipasi masyarakat sangat penting.

“Pengembangan pariwisata NTT harus bermanfaat bagi rakyat. Pariwisata harus bersih dan aman. Jangan sampai kita tampilkan kekejaman di hadapan wisatawan. Sementara mereka menginginkan hal yang natural,” katanya.

Kepada Kadis Parekraf yang baru Marianus Ardu Jelamu yang menggantikan Alexander Sena, Lebu Raya mengamanatkan pesan agar NTT menjadi provinsi pariwisata.

“Di pundak Kadis Parekraf yang baru, masa depan pariwisata NTT dipertaruhkan. Untuk itu, jangan segan-segan melakukan kordinasi lintas sektor guna mendukung pembangunan pariwisata,”tegasnya.

Ia melanjutkan, untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah dan mencapai target kepariwisataan 2019, maka ada tiga faktor uama sebagai pendukung usaha itu, antara lain: kekayaan alam yang alami, menarik wisatawan dan harga yang kompetitif.

“Masih ada keunikan alam yang dimiliki seperti Komodo di Manggarai Barat, 17 pulau Riung di Ngada, Danau Tiga Warna Kelimutu di Ende, kuda di Sumba yang belum dimaksimalkan,” ujarnya.

Selain itu, wisata kuliner juga menjadi prioritas. Kekayaan alam seperti Taman Laut Pulau Kepa di Alor dan berselancar di Nemberala demikian. Wisata religi seperti Prosesi Jumad Agung di Larantuka, ritual “Kure” dalam perayaan Paskah di Noemuti, Timor Tengah Utara (TTU), dan Prosesi Patung Bunda Maria di Sikka tak kalah menarik.

Tapi, sampai saat ini, masih jauh dari dukungan dari pihak manapun untuk mendorong pariwisata NTT senagai sektor andalah dalam pembangunan.

Solidaritas untuk Kawan Kami, Mikael Jonaldi

Jonal, salah satu jurnalis Floresa, sedang butuh biaya untuk operasi jantung. Kami mengharapkan solidaritas kawan-kawan untuk ikut membantu Jonal

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA