Floresa.co – Kondisi jalan yang rusak parah membuat para sopir yang melintasi jalan di wilayah Elar, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) harus selalu membawa dedak.
Menyiram dedak di jalan menjadi satu-satunya cara untuk menyiasati kondisi jalan yang berlumpur dan penuh lubang.
Emanuel Tas, salah satu sopir angkutan umum kendaraan Ruteng – Elar mengaku pihaknya membawa 20-30 karung dedak setiap hari.
Jika tidak membawa dedak, katanya, kendaraan mereka pasti mogok.
Ia menjeaskan, mereka biasanya mengambil dedak di penggilingan padi yang ada di Borong, ibukota Matim.
“Kalau penggilingan di Borong tidak buka, kami kesulitan. Satu-satunya alat membantu mengatasi jalanan rusak adalah dedak,” katanya kepada Floresa.co, Jumat, 15 Juli 2016.
BACA JUGA: Warga Elar: Bupati Tote Pembohong
Harus membeli dedak setiap kali jalan membuat pengeluaran mereka untuk operasional juga bertambah. Ia mengatakan, beban operasional itu terpaksa mereka atasi dengan menaikkan tarif. Mereka memungut tarif Rp. 60.000 per penumpang.
“Tarif normal Rp 40 ribu. Terpaksa kita main tarif sendiri, biaya operasional kendaraan mahal, sering ganti suku cadang,” ujar Eman.
Saat ini, warga Elar meminta Pemerintah Kabupaten Matim untuk tidak menutup mata terhadap situasi yang mereka alami.
”Saya berharap bupati dan wakil bupati segera membuka mata dan hati melihat derita kami. Kemenangan mereka menjadi bupati karena kami memilih mereka,” ujar Melkior Bat, salah satu warga di Elar.
(Ferdinand Ambo/ARL/Floresa)