Warga Manggarai Bongkar Aspal Proyek Dana Pinjaman Daerah yang Pengerjaannya Dinilai Sembrono, Tuntut Tanggung Jawab Kontraktor

Warga kecewa dan mengaku hanya berharap kepada media untuk membantu mencari kejelasan status pengerjaan jalan itu dan siapa yang harus bertanggung jawab

Baca Juga

Floresa.co – Warga di Kabupaten Manggarai masih terus meminta pertanggungjawaban pemerintah dan kontraktor terkait pengerjaan jalan, salah satu proyek yang menggunakan dana pinjaman daerah, yang mereka sebut dikerjakan dengan ceroboh.

Baru-baru ini, warga Kampung Ojang, Desa Lante, Kecamatan Reok Barat itu kembali membongkar aspal yang baru dikerjakan, bentuk kekecewaan terhadap kualitasnya.

Pengerjaan konstruksi dasar ruas jalan Lante-Ojang itu bermula pada Mei, sementara pengaspalan dikerjakan sejak pertengahan November.

AS, inisial warga yang meminta Floresa tak menyebutkan namanya mengatakan “hasil pengerjaan proyek itu tidak sesuai dengan harapan masyarakat.”

Selain itu, “pengerjaan tiba-tiba dihentikan, padahal belum selesai.” Ia dan warga lain tak tahu alasannya.

Semestinya pengerjaan ruas jalan itu “termasuk got dan deker.” Deker, katanya, “sama sekali belum dikerjakan.”

“Tolong media cari tahu ke Pejabat Pembuat Komitmen [PPK] atau ke kontraktor, status pengerjaan jalan ini sudah selesai atau belum?,” katanya.

Jika secara resmi dinyatakan telah selesai, “biar kami bongkar semua aspalnya dan kembalikan ke kondisi awal.”

Pengerjaan yang sembrono “hanya buang-buang uang,” kata AS.

Ia mengirimkan kepada Floresa tiga foto dan suatu video yang memperlihatkan kondisi terbaru proyek itu. Tampak aspal sudah retak dan tidak lengket dengan lapisan batu kerikil.

Sementara itu, dalam video berdurasi tiga menit, terlihat AS mencungkil lapisan aspal di ruas jalan itu menggunakan tangan. 

Ketika ia mencungkil permukaannya, terlihat tanah ikut terangkat bersama aspal.

Dijebol dengan tangan polos saja “[lapisannya] langsung menyembul,” katanya.

AS menyebut lapisan tanah gampang terangkat ketika dicungkil lantaran “mereka tak lebih dulu siram dengan minyak prime,” salah satu jenis minyak lapis perekat, lumrah digunakan dalam pengaspalan.

Selain lapisan yang mudah berantakan, AS juga mengkritisi “kontraktor dan tim pengawas tidak pernah turun langsung untuk meninjau pengerjaannya.”

Berharap pada Media

Pengerjaan jalan sepanjang 1,5 kilometer itu melewati Ojang sebagai satu-satunya kampung perlintasan. 

Jangka waktu pengerjaannya selama 150 hari kerja, menurut keterangan pada papan proyek, sementara anggarannya sebesar Rp1.540.125.000. 

CV Kali Kassa, yang memenangi tender proyek, berlaku sebagai kontraktor terhitung sejak penandatanganan kontrak pada 28 April 2023, masih menurut keterangan pada papan proyek.

CV Kali Kassa berbasis di Kelurahan Mandosawu, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur. 

Mengacu tanggal penandatanganan kontrak, kata AS, “pengerjaan jalan seharusnya selesai pada Oktober lalu.”

Namun PPK “malah memberi perpanjangan waktu sehingga pengerjaannya molor hingga November.”

John Bosko, PPK proyek itu sebelumnya menyatakan CV Kali Kassa diberikan perpanjangan waktu 50 hari, dengan risiko denda per hari.

Tanpa memerinci besaran denda hariannya, ia mengatakan “denda sudah berjalan dan berlaku selama hari sisa pengerjaan.”

Jika perkembangan pekerjaannya “tidak signifikan, kemungkinan proyek dihentikan dan rekanan diberi sanksi pemutusan hubungan kerja.”

AS mengaku sempat mengeluhkan pengerjaan jalan itu kepada Silvester Nado, salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang berasal dari wilayahnya melalui pesan WhatsApp.

Silvester, kata AS, “pernah berjanji memimpin warga membongkar aspal itu jika tetap mengabaikan kualitas.”

Kenyataannya, “Silvester tidak merealisasikan janji dan tidak pula menanggapi keluhan warga.”

Floresa mengirimkan video pembongkaran aspal kepada Silvester melalui pesan WhatsApp pada 4 Januari dan meminta tanggapannya.

Pesan itu bertanda centang dua dan biru, tanda sudah dibaca penerimanya.

“Jangan hanya berani berkoar-koar. Kalau berani, turun langsung ke lapangan dan bongkar itu aspal. Saya yakin mereka hanya berkoar dari Ruteng,” kata AS, terkait Silvester.

AS sebetulnya tak lagi berdomisili di Reok Barat, melainkan Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Namun, ia sering bolak-balik ke Ojang, berusaha tetap memberi perhatian terhadap masalah di kampung kelahirannya.

Ia berkali-kali berharap media dapat “menyuarakan keluhan warga” dan menyebarluaskan morat-marit proyek di kampungnya.

“Hanya media yang kini bisa diharapkan. Siapapun kontraktornya, ia harus bertanggung jawab. Apalagi dananya besar,” kata AS.

Tak Satupun Merespons

Melanjutkan keluhan AS sebagai perwakilan warga setempat, Floresa berupaya menghubungi direktur sekaligus pendiri CV Kali Kassa, Yohanes “Yan” Jelaut lewat pesan WhatsApp pada 4 Januari. 

Namun, ia tak menjawab pesan yang terkirim dan sudah bercentang biru itu.

Sehari kemudian Floresa kembali menghubungi Yan melalui sambungan telepon. Ia juga tetap tidak menjawab panggilan.

Selama dua hari itu pula, Floresa berusaha menghubungi Bosko dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Manggarai [PUPR], Lambertus Paput melalui pesan WhatsApp. 

Keduanya tak menanggapi pesan yang terkirim. Pesan ke Bosko bertanda centang satu, tanda belum sampai ke penerima. Pesan ke Lambertus bercentang dua tetapi tidak biru, tanda sudah sampai ke penerimanya.

Dana proyek itu bersumber dari pinjaman daerah. Dalam pernyataan pada 5 Januari di Swarantt.net, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang [PUPR], Lambertus Paput menyatakan, pengerjaan jalan Lante-Ojang ini merupakan salah satu dari 12 proyek pembangunan jalan yang menggunakan dana pinjaman itu.

Dari 12 daftar itu, hanya proyek ini yang perkembangan fisiknya baru 34,60 persen, sementara proyek-proyek lainnya sudah 100 persen.

Sebelumnya, di tengah sorotan warga terhadap kualitas proyek, Yan sempat mengklaim “tidak terlibat dalam pengerjaannya.”

Sebaliknya, ia menyebut Doni Wangari atau Baba Doni, kontraktor yang berdomisili di Ruteng, sebagai orang yang “pinjam bendera” CV Kali Kassa.

Seorang narasumber di Reok Barat dan meminta ditulis anonim mengatakan proyek lapen itu memang dikerjakan oleh Baba Doni.

Masih menurut sumber itu, “Baba Doni mempunyai rekam jejak yang buruk dalam pengerjaan proyek.”

Beberapa tahun silam, katanya, Baba Doni pernah mengerjakan proyek jalan setapak di Desa Ruis, tetangga Desa Lante yang sepenuhnya dimodali Dana Desa. 

Namun, kata sumber itu, pengerjaan proyek berhenti di tengah jalan. Padahal, “pemerintah desa sudah mencairkan seluruh dana proyek kepada Baba Doni.”

Alhasil, katanya, “pemerintah desa sendiri yang melanjutkan pengerjaan jalan setapak itu.”

Floresa menghubungi Baba Doni pada Kamis, 4 Januari melalui pesan WhatsApp. Namun, hingga kini masih centang satu, tanda belum terkirim ke calon penerima pesan.

Dalam pernyataannya sebelumnya, Bosko mengklaim tidak berurusan dengan Baba Doni, tetapi Yan sebagai kontraktor.

Ia sempat memanggil Yan pada bulan lalu ke kantornya. Namun, Bosko tidak merespons Floresa yang usai pertemuan itu menanyakan isi pembicaraan mereka.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini