Warga Manggarai Timur Protes Penanganan TPA Mboi Lopi, Anggap Pemerintah Berbohong Soal Rencana Olah Sampah Jadi Pupuk

Warga menyebut janji pengolahan sampah jadi pupuk kompos disampaikan saat pembukaan TPA delapan tahun lalu, namun belum dijalankan, membuat mereka menanggung dampak bau sampah yang berceceran ke kebun

Floresa.co – Warga di Kabupaten Manggarai Timur memprotes pemerintah soal tata kelola Tempat Pembuangan Akhir [TPA] Mboi Lopi yang memicu persoalan lingkungan, mengklaim mereka dibohongi karena tidak sesuai dengan janji awal saat pembukaan lokasi itu.

Once Rama, warga yang memiliki kebun di sekitar TPA yang berlokasi di Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba itu mengaku terganggu karena sampah-sampah berceceran hingga di kebunnya dan warga lain.

“Sampah-sampah itu dibawa anjing hingga ke kebun-kebun sekitar,” katanya kepada Floresa.

Hal itu memicu semakin banyak lalat di lahan mereka, katanya.

Hal serupa juga disampaikan Benediktus Baco, warga Kampung Sere, Kelurahan Tanah Rata.

“Terkait TPA itu sudah sering kami komentari,” katanya, “pemerintah hanya merespons saat ada protes.” 

Berbicara dengan Floresa pada 17 Juli, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Manggarai Timur, Kasmir Ariyanto Dalis mengakui “memang banyak sampah yang berceceran di luar lokasi.”

Ia berdalih hal itu karena hujan, sehingga petugas membuang sampah di samping TPA. 

Semestinya, kata dia, sampah ditutup tanah, namun eksavator yang berada di lokasi juga sedang bermasalah.  

Kontras Dengan Rencana Awal

TPA Mbo Lopi dengan luas lahan lima hektare dibangun pada 2016 dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pada tahun yang sama, pemerintah membangun pagar sekelilingnya dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Rp557.800.000.

Menurut Once Rama, saat sosialisasi awal pembukaan TPA itu, mereka diberitahu bahwa sampahnya akan diolah menjadi pupuk kompos. 

Namun, faktanya, sampah-sampah itu hanya ditimbun tanah dan tidak ada aktivitas pengolahan.

Ia berkata, pembangunan TPA tersebut mendapat persetujuan tetua adat karena digadang-gadang untuk tempat pengolahan sampah organik.

“Ternyata semua sampah di Borong diangkut dan dibuang begitu saja di sini,” katanya. 

Padahal, kata dia, beberapa tahun ke depan wilayah sekitar TPA itu berpotensi menjadi pemukiman. 

Menanggapi hal itu, Kasmir Dalis mengklaim pengelolaan sampah di TPA Mbo Lopi “sudah sesuai petunjuk teknis.”

Ia membenarkan adanya rencana pengolahan sampah menjadi pupuk organik, yang karena keterbatasan anggaran belum dijalankan.

Ia mengklaim sudah ada kelompok untuk mengolah dan mendaur ulang sampah, yang dikenal dengan reduce, reuse dan recycle.

Namun, katanya, lagi-lagi “tidak ada anggaran untuk pelatihan.”

Dinas, katanya, juga sudah menyediakan mesin pembuatan pupuk dan pencacah plastik, yang hingga belum bisa digunakan.

Ia berkata telah mengadakan rapat bersama bupati dan sekretaris daerah membahas kenaikan anggaran operasional persampahan. 

Sementara untuk pengadaan sejumlah fasilitas seperti truk arm roll katanya, akan diajukan pada pembahasan anggaran tahun depan. Truk arm roll merupakan kendaraan yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat bak dan membongkar muatannya.

Sampah yang berceceran di sekitar TPA Mboi Lopi, Kelurahan Tanah Rata, Kabupaten Manggarai Timur. (Once Rama)

Berpotensi Menyebarkan Penyakit

Once Rama berkata, selain sampah-sampah plastik, di TPA itu juga ditemukan bangkai binatang yang ikut terangkut, lalu dibawa anjing ke kebun warga.

Ia berkata, hal itu berpotensi menyebarkan berbagai penyakit pada hewan ternak di wilayah itu, mengingat banyak ternak babi yang berada di sekitar lokasi TPA.  

“Nyamuk dan lalat akhir-akhir ini juga semakin banyak. Kami bisa kena penyakit semua nanti,” katanya, mengingatkan bahwa TPA itu telah membawa dampak buruk bagi warga setempat.

Ia juga mengklaim warga kerap memprotes truk sampah yang tidak tertutup terpal saat melewati perkampungan sehingga kadang sampah berceceran di sepanjang jalan.

“Begitu kami protes, baru mulai ditutup,” katanya.

Ia meminta pemerintah menutup TPA Mbo Lopi apabila tidak dikelola dengan baik.

“Kami ditipu pemerintah,” katanya.

Seandainya dari awal diberitahu akan menjadi seperti saat ini, “mungkin kami dulu menolak.”

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA