Warga Lereng Ile Lewotolok di Lembata Mulai Keluhkan Gangguan Pernapasan, Pemerintah Bagikan Masker Sisa Saat Erupsi Lima Tahun Lalu

Sejumlah kajian kesehatan menyebut masker tersegel hanya layak pakai hingga tiga tahun sesudah diproduksi

Floresa.co – Warga Desa Jontona mulai mengeluhkan gangguan pernapasan seiring peningkatan aktivitas vulkanis Ile Lewotolok.

Pemerintah pun diminta menyediakan masker layak pakai.

“Pemerintah sebetulnya sudah membagikan masker, tetapi itu sisa erupsi 2020,” kata Elisabeth Lipa, seorang warga Dusun Tiga Tugu Nuba.

Tiga Tugu Nuba tercakup dalam wilayah administratif Jontona, desa di Kecamatan Ile Ape Timur. 

Desa berpenduduk 1.159 jiwa itu berjarak sekitar empat kilometer dari kawah Ile Lewotolok, gunung api aktif di barat laut Pulau Lembata.

Pernyataan Elisabeth dibenarkan Kepala Dusun Tiga Tugu Nuba, Kosmas Sapan. 

“Masker itu tinggalan erupsi Ile Lewotolok yang bersamaan pandemi Covid-19,” katanya.

Ia juga menduga warga mulai terserang batuk dan pilek karena “terpapar abu vulkanis,” selain perubahan cuaca belakangan ini.

Curah hujan lumrahnya menurun pada April di pulau kecil sebelah timur Flores itu, sebelum kemarau panjang hingga menjelang akhir tahun.

Meski begitu, tak menutup kemungkinan hujan deras tiba-tiba turun sesudah seharian terik. 

“Akhir-akhir ini bau belerang juga makin menyengat,” kata Kosmas, aroma yang menurutnya turut memicu gangguan pernapasan pada warga.

Sekretaris Desa Jontona, Saverinus Lima Domaking telah menerima laporan gangguan pernapasan sejumlah warga Tiga Tugu Nuba. 

Menurutnya, Puskesmas Ile Ape Timur “setiap bulan rutin memeriksa” warga setempat. 

Namun, “pemeriksaannya cenderung hal-hal umum. Perlu pemeriksaan khusus terkait pernapasan.”

Ia berkata pemeriksaan berlaku untuk semua warga tanpa persyaratan yang mesti mereka penuhi untuk dapat diperiksa.

Saverinus mengatakan gangguan pernapasan mendorong sekitar 10-15 warga Jontona mengungsi secara mandiri ke Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata. 

Mereka yang mengungsi adalah keluarga yang tinggal dengan lansia dan balita.

“Kondisi warga pada umumnya baik,” kata Saverinus pada 25 April, “hanya beberapa orang mengeluh mata perih terkena debu vulkanis ketika bersepeda motor.”

Ia mengaku kantornya telah membagikan masker kepada warga. 

Namun, hingga berita ini diterbitkan, ia tak merespons pertanyaan lanjutan Floresa soal dugaan masker itu tinggalan erupsi 2020. 

Floresa sempat menelusuri sejumlah kajian kesehatan berbasis daring. 

Rata-rata kajian itu menyebutkan masker medis dalam kondisi tersegel bisa dipakai hingga tiga tahun sesudah diproduksi.

Masker tersebut juga harus disimpan dalam ruang khusus untuk menjaga kelembapan yang memungkinkan bakteri tak menjangkiti permukaannya.

Gemuruh Erupsi

Ile Lewotolok berstatus “waspada” sejak Februari. 

“Waspada” menandai level 2 dari 4 status aktivitas vulkanis gunung api. “Siaga” berada satu level di atas “Waspada.” 

“Awas” merupakan level pemuncak, menandai gunung api berpotensi erupsi besar dalam kurun 24 jam sesudah penetapan statusnya.

Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi menaikkan status Ile Lewotolok seiring peningkatan intensitas gempa tektonik.

Gunung setinggi 1.455 meter di atas permukaan laut itu terakhir erupsi besar pada 27 November 2020 yang memaksa lebih dari 5.000 warga mengungsi. 

Gunung Ille Lewotolok dipandang dari Dusun Tugu Nisa, Desa Jontona, Kecamatan Ille Ape Timur. (Dokumentasi Floresa)

Erupsi ditandai lontaran material vulkanis dan runtuhnya dinding lereng yang bagi sebagian warga terdengar seperti gemuruh.

Elisabeth Lipa telah bertahun-tahun mendengar gemuruh serupa, tetapi belakangan ini “lebih menyeramkan.”

“Sejak awal April, bisa terdengar ratusan kali gemuruh per hari,” kata Elisabeth kepada Floresa pada 24 April.

Kepala Desa Jontona, Nikolaus Ake Watun berusaha meredam kecemasan warga dengan mengingatkan “pasti ada masa Ile Lewotolok erupsi.”

“Biarkan ia mengeluarkan bunyi gemuruh. Sejauh ini tidak berbahaya, tetapi kami harus selalu waspada,” katanya.

Waspada Lahar

Sedikitnya 80 kepala keluarga tinggal di Tugu Nisa, dusun yang berjarak hanya 100 meter dari Tiga Tugu Nuba.

Warga telah bertahun-tahun mengetahui sebuah kali di tengah dusun mereka sebagai salah satu jalur lahar.

Sebanyak 10 kepala keluarga tinggal di pinggir kali itu, wilayah yang menurut warga termasuk berbahaya karena rutin teraliri lahar saat musim hujan.

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid A.N mengingatkan potensi lahar menghilir dari lereng Ile Lewotolok seiring hujan deras.

Lahar hujan, demikian istilah keilmuan untuk fenomena itu, membawa serta kerikil, kerakal, batu-batu besar dan endapan awan panas.

Campuran material vulkanis itu lama-kelamaan saling mengikat dan menjadi sekeras semen.

“Warga yang tinggal di sekitar sungai-sungai itu harus mewaspadai potensi aliran lahar,” kata Wafid.

Lahar panas yang mengalir dari Gunung Ille Lewotolok ke Dusun Tugu Nisa, Desa Jontona, Kecamatan Ille Ape Timur. (Dokumentasi Floresa)

Konsep Evakuasi

Saverinus Lima Domaking mengatakan Pemda Lembata sudah menyiapkan lokasi pengungsian bila aktivitas vulkanis Ile Lewotolok kian meningkat.

Pos pengungsian itu berada di Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lembata, Andris Koban mengatakan “sejauh ini belum ada perintah evakuasi.”

“Mungkin ada yang [mengungsi] secara mandiri, namun belum terlaporkan,” kata Andris pada 24 April. 

Lokasi pengungsian diputuskan dalam pertemuan antarperangkat daerah pada tiga tahun silam. 

Selandoro terpaut sekitar 18,4 kilometer atau 45 menit bersepeda motor dari Jontona. 

Selain evakuasi berbasis darat, Pemda juga menyiapkan jalur pemindahan lewat laut. 

Jalur menyisir Teluk Waienga yang berhadapan dengan Jontona itu berakhir di tiga desa, masing-masing Kimakamak, Todanara dan Hadakewa.

Ile Lewotolok tercatat lebih dari 200 kali erupsi dalam setahun belakangan.

Hanya dalam sepekan saja menjelang akhir April 2024, gunung api setinggi 1.455 meter di atas permukaan laut itu mencatatkan 173 kali erupsi. 

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik mendukung kami, Anda bisa memberi kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

TERKINI

BANYAK DIBACA