Borong, Floresa.co – Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Matim, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga hari ini, Senin (11/5/2015) belum mengetahui kasus pemukulan atau adu jotos antara guru dan orang tua siswa di SD Inpres Wae Buka, Desa Golo Rengket, Kecamatan Poco Ranaka.
Sekertaris Dinas PPO Matim, Yosep Durahi saat dikonfirmasi Floresa.co di Hotel Sama Jaya Borong menjelaskan, mereka tidak mendapat informasi soal kasus itu.
“Kami belum mengetahui insiden itu. Saya tidak tahu soal itu. Saya baru tahu dari teman-teman wartawan. Coba saya lihat duru beritanya” kata Yosep.
Dia mengatakan sampai hari ini Dinas PPO Matim belum menerima laporan resmi dari sekolah tersebut.
“Yang pasti, jika sudah dilaporkan, kita akan mengecek kebenaran perstiwa itu. Jika kelak para guru terbukti bersalah, maka Dinas PPO akan mengambil tindakan sesuai kode etik,” katanya.
Namun, kata Yoseph, berhubung kasus ini sudah dilaporkan ke polisi, maka ia mempersilahkan untuk diselesaikan lewat jalur hukum.
Sebelumnya dilaporkan bahwa guru-guru SDI Wae Buka menganiaya orangtua siswa saat rapat di sekolah itu, Selasa (5/5/2015).
Akibat kasus ini, para guru pun dilapor ke Poldres Manggarai oleh Robertus Karo, dan kawan-kawan, warga asal Kampung Majung, Desa Golo Rongket, Kecamatan Poco Ranaka.
Guru SDI Wae Buka memukul Robertus dan Leksi, yang membuat keduanya mengalami luka-luka.
Robertus, misalnya, mengalami luka pada mata kaki dan bagian siku tangan.
Saat ditemui di kantor Polres Manggarai, Robertus mengaku, ia dipukul saat ia menanyakan maksud pertemuan itu.
“Dalam prihal surat undangan, mereka menyebutkan, ‘Rapat Sosialisasi Atas Pengaduan Orangtua Siswa’. Saya jadinya bingung pengaduan apa? Siapa yang mengadukan? Pengaduannya ke instasi mana? Sebelumnya saya tidak tahu makanya saya tanya,” ujar Robertus.
Ia mengaku bingung, setelah menerima undangan dengan nomor surat No: 16/1.21.29.4/SD 62/KP/V/2015 untuk mengikuti pertemuan sebelumnya.
Itu sebabnya saat pertemuan, ia langsung menanyakan maksud undangan tersebut dalam forum rapat itu yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah (Kepsek) SDI Wae Buka, Bruno Kasman tersebut.
Karena bingung, Robertus mengusulkan agar pihak SDI Wae Buka menghadirkan instasi terkait jika benar ada pengaduan ke lembaga hukum untuk memberikan sosialisasi kepada orangtua siswa.
Tak terima dengan usulan Robertus, para guru SDI Wae Buka langsung menyanggah usulan tersebut seraya marah-marah.
Kata Robertus, usai marah-marah ia pun dipukul hingga diinjak-injak para guru tanpa ada perlawanan.
Robertus mengaku, ia dipukul pertama kali oleh Mansentus Modas, kemudian disusul pukulan dari Yulius Kasman Modas. Keduanya guru komite yang juga anak dari Kepsek Kasman.
Sempat dilihat Robertus, demikian ceritanya, ia juga dipukul Ronal Modas, juga anak dari Kepsek Kasman yang kebetulan masih kuliah di STKIP St Paulus Ruteng.
Meski tidak memiliki kapasitas untuk ikut dalam rapat itu, berhubung ia bukan guru komite dan bukan juga orangtua siswa SDI Wae Buka, namun Yulius juga ikut melakukan aksi kekerasan itu.
Seorang guru PNS atas nama Ferdinandus Darung juga ikut memukul. Dan, satu orangtua siswa yang ikut memukulnya atas nama Marten Jemarut.
“Karena saya kena pukulan, saya lompat ikut jendela sekolah untuk menyelamatkan diri. Saya tidak tahu lagi hasil rapatnya,” kata Robertus.
Usai kasus itu dilaporkan ke Polres Manggarai, guru-guru di sekolah itu juga balik melapor orangtua siswa ke polisi.
Mereka mengajukan laporan ke Kepolisian Sub Sektor Poco Ranaka di Mano dan Polres Manggarai di Ruteng, Rabu (6/5/2015). (Satria/ARL/Floresa)