Floresa.co – Istilah “ban serep” yang diberitakan beberapa waktu lalu kembali muncul di panggung debat publik antara dua pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati Manggarai di Manggarai Convention Center (MCC), Sabtu (21/11) siang.
Memasuki sub sesi ke tiga pada sesi ke lima, calon wakil bupati paket Deno-Madur, Viktor Madur mengajukan pertanyaan kepada cawabup Hery-Adolf, Adolfus Gabur. “Apa komentar to’a mantri Adolf soal ban serep?” tanya Viktor setelah didahului pengantar.
Sorak dan tawa pendukung kedua paslon dan para undangan membuat Adolf Gabur pun turut tertawa. Adolf yang baru pertama kali bicara sepanjang debat berlangsung itu lalu menjawab.
“Amang Viktor, saya kira tidak usah bertanya kepada kami soal ban serep e. Sudah ada regulasi yang mengatur. Tau to tugas pokok wakil bupati. Tidak ada itu ban serep,” ujar Adolf sambil tertawa.
Debat yang dimoderatori oleh Dr. Inosensius Syamsu itu dibagi dalam enam sesi dan dalam setiap sesi dibagi lagi dalam beberapa sub sesi. Di panggung debat, terlihat dua paket beradu argumentasi, terutama ketika memasuki Sesi V. Saat itu kedua paket menguji janji kampanye lawan debatnya.
Pada paslon nomor urut 1, terlihat cabup Deno Kamelus memberi kesempatan kepada calon wabup Viktor Madur. Meski porsi waktu yang terbatas, Viktor Madur tak mau menyia-nyiakannya dengan berdiam diri. Viktor hanya terlihat tak bicara saat sesi pertama. Waktu lima menit sesi pertama habis dipakai cabup Deno Kamelus, itu pun tak sempat menjelaskan visi dan misinya.
Lain halnya dengan paslon nomor urut 2. Cabup Herybertus GL Nabit mengambil semua jatah bicara dari sesi awal hingga closing statement. Ada pun Adolf Gabur hanya sempat bicara ketika mendapat giliran khusus calon wakil bupati untuk menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan.
Paslon nomor urut 2 sebetulnya masih memiliki cukup banyak waktu tersisa usai Hery Nabit bicara dari Sesi II hingga Sesi VI. Namun ketika moderator mempersilahkan untuk melanjutkan pembicaraan untuk mengisi jatah waktu tersisa, dengan cepat Hery Nabit menyambar, “Pas!”
Usai tiga sesi awal, moderator sempat mengingatkan agar calon wakil bupati pun mesti ambil bagian untuk berbicara. Jangan sampai calon wakil bupati hanya diam sedangkan yang berdebat hanya calon bupati. Namun hal itu tidak mempengaruhi paslon nomor 2.
Entah dilarang bicara atau karena enggan bicara, Adolf terlihat pasif tetapi enjoy berdiri di panggung untuk mendampingi Hery. Sesekali ia turut mengerutkan dahi, termenung, bertepuk tangan, hingga tertawa lepas. Bahkan ia sempat berjalan ke tengah hendak merangkul calon wabup paslon nomor 1, Viktor Madur pada Sesi V. Namun segera dicegah moderator.
Mem-banserep-kan Wabup?
Apakah ini pertanda Hery Nabit mem-banserep-kan wakilnya? Entahlah. Yang pasti, beberapa waktu lalu beredar rekaman kampanye paket Hery-Adolf di Pulau Mules, Satar Mese Barat. Dalam rekaman itu Hery menyebut wakil bupati ibarat ban serep yang hanya dipakai jika dibutuhkan.
Sindiran untuk mantan wakil bupati yang juga lawan tarungnya di Pilkada 9 Desember, Deno Kamelus itu, oleh banyak pihak dinilai berlebihan karena tugas pokok dan fungsi wakil bupati diatur dalam undang-undang. Wabup tak hanya dipakai jika dibutuhkan. Bupati dan wabup merupakan dwitunggal yang mesti seiring sejalan dalam membangun daerah.
Seakan mengonfirmasi hal itu, dalam kampanye akbar di Lapangan Motang Rua Ruteng, Sabtu (14/11) lalu, Adolf Gabur yang tidak menyinggung janji politik hanya menegaskan perubahan lima tahun ke depan hanya terwujud jika Manggarai dipimpin oleh orang muda. Orang tua seperti dirinya, cukup mendampingi dan menuntun orang muda.
“Ai zaman ho’o (zaman ini), zaman teknologi dan zaman globalisasi. Zaman teknologi dan zaman globalisasi ada pada orang muda,” ujarnya. (Petrus/Floresa/PTD/Floresa).