Floresa.co – Jembatan Wae Cue, yang menghubungkan Desa Jaong di sebelah timur dengan Desa Nao, di bagian barat, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai tidak tuntas dikerjakan.
Kondisi itu membuat warga kesulitan untuk melintas.
“Kalau kami ke gereja paroki di Langke Majok, susah. Apalagi kalau hujan,” kata Don, warga Desa Jaong yang ditemui Floresa.co, Kamis, 25 Oktober 2018.
Jembatan yang mulai dikerjakan tahun lalu itu dengan panjang sekitar belasan meter merupakan proyek Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Manggarai.
Pantauan Floresa.co, tampak material seperti tanah dan batu masih menumpuk di ujung timur jembatan.
Di ujung barat, sebuah lubang dengan kedalaman sekitar 8 meter menganga lebar karena ujung jembatan itu belum tersambung ke badan jalan.
Kondisi itu berpotensi menimbulkan kecelakaan. Jika pengendara yang melintas tidak hati-hati, bisa terperosok ke dalam lubang.
Untuk dari dan ke kedua kampung itu, pengendara, baik roda dua maupun roda empat, harus melewati jalur alternatif yakni melintasi sungai, yang hanya berlaku pada musim kering.
Meski demikian, tetap saja kesulitan karena tumpukan bebatuan serta pasir yang memenuhi badan jalan.
Pasir dan kerikil membuat roda kendaraan akan berputar di tempat.
Menurut warga, saat musim hujan kondisinya lebih parah. Selain karena licin, jalan susah untuk dilintasi karena debit air akan naik.
Padahal, jalan itu merupakan jalur penghubung utama Desa Jaong dengan Desa Nao.
“Pastor paroki (Romo Ardus Noveri) kalau patroli ke Stasi Jaong harus memilih jalur lain,” kata warga lain yang tidak ingin disebutkan namanya.
Jaong merupakan wilayah Paroki St. Pio Langke Majok. Kampung Langke Majok berada di wilayah Desa Nao.
Ada pun jalur alternatif dari Langke Majok ke Jaong yakni melalui Kampung Purang – Kampung Nao dan lanjut ke Jaong. Itu pun memutar. Kedua, melewati Pela, Anam, Kusu lalu berakhir di Jaong.
Simak juga videonya di sini: Proyek Mangkrak Jembatan Wae Cue
ARJ/Floresa