Potong Pipa ke Rumah Pelanggan, Langkah Petugas PDAM di Manggarai Usai Terima Protes Karena Air yang Sering Macet

Pelanggan mengaku sepanjang Agustus hingga pertengahan September air di rumahnya tidak jalan.

Baca Juga

Floresa.co –  Seorang warga di Kabupaten Manggarai, Povinsi Nusa Tenggara Timur mengaku saluran pipa dari perusahaan air minum milik pemerintah yang mengarah ke rumahnya dipotong petugas usai ia menyampaikan protes karena air yang seringkali macet meski selalu stabil membayar iuran.

Fransiskus Jehalu, warga Kampung Pir, Kelurahan Pagal mengatakan, pipa itu dipotong setelah ia menyampaikan keluhan kepada petugas Perusahaan Daerah Air Minum [PDAM] Tirta Komodo cabang Ibukota Kecamatan Cibal pada Jumat, 22 September.

Ia mengatakan kepada Floresa, peristiwa itu bermula saat ia mendatangi kantor PDAM itu untuk membayar tagihan sambil menyampaikan protes.

Di kantor itu ia mengaku menemui seorang perempuan petugas di loket pembayaran dan berkata; “Sebenarnya hak dan kewajiban itu harus imbang. Selama ini air di rumah saya tidak pernah mengalir, [tapi] bayar tagihan jalan terus.”

Fransiskus mengklaim protes itu berdasarkan fakta yang ia alami.

“Selama bulan Agustus lalu, air di rumah tidak pernah jalan. Sampai pertengahan September air juga tidak pernah jalan,” katanya.

Setelah menyampaikan kekesalannya itu, Fransiskus yang bekerja sebagai guru lalu menuju ke SMP Negeri 1 Cibal, tempatnya bertugas.

Saat sementara mengajar di salah satu kelas, katanya, kepala sekolah memanggilnya untuk menghadap.

“Saat saya masuk ruang kepala sekolah, saya lihat dari pintu masuk ada dua petugas PDAM yang sedang menunggu,” katanya.

Ia mengatakan sempat bertanya kepada keduanya terkait alasan mereka menemuinya di sekolah.

Di hadapan kepala sekolah, katanya, dia dituding kedua petugas itu telah mengeluarkan kata kasar kepada kasir mereka.

“Belum sempat saya jawab terkait tuduhan mereka, salah satu petugas yang bernama Risal menyampaikan bahwa [saluran] air di rumah saya dicabut saja. Risal juga mengembalikan uang Rp44 ribu  yang saya bayar di loket sebelumnya,” katanya.

Fransiskus mengatakan, karena merasa malu dengan kepala sekolah, ia terpaksa mengambil uang tersebut, lalu menyampaikan kepada dua petugas itu, “Silahkan cabut, cabut saja. Tidak apa-apa, karena itu tugas kamu.”

Setelah itu, lanjutnya, kedua petugas tersebut langsung bergegas ke rumahnya dan memotong pipa.

“Biasanya pencabutan itu melalui surat resmi. Saya tidak mendapatkan surat soal pencabutan itu,” katanya.

Chris Beo, salah satu dua petugas PDAM yang memotong pipa di rumah Fransiskus membela aksinya dengan mengatakan bahwa tindakan itu atas persetujuan dari pelanggan.

“Benar, pencabutan itu atas persetujuan pelanggan itu,” katanya kepada Floresa.

Anggi Sakera, kasir di loket kantor PDAM Cibal yang bertugas pada Jumat 22 September mengatakan belum bisa memberi respons karena akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan rekan-rekannya.

Sementara itu Marsel Sudirman, Direktur PDAM Tirta Komodo mengatakan pada Senin, 25 September pegawainya “sedang dimintai keterangan di kantor” terkait peristiwa itu.

Setelah pemeriksaan itu, katanya kepada Floresa, PDAM baru akan menyampaikan penjelasan lebih lanjut.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini