Warga di Lamba Leda Utara, Manggarai Timur Minta Pemerintah Perbaiki Jembatan yang Ambruk 

Jembatan itu dibangun pada 2022 dengan anggaran Rp100 juta, bersumber dari dana pokok pikiran anggota DPRD

Baca Juga

Floresa.co – Warga di Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur meminta perhatian pemerintah memperbaiki jembatan yang ambruk saat hujan lebat.

Kabar tentang ambruknya jembatan itu dibagikan Heribertus Erson, warga Kampung Rondon, Desa Lencur lewat Facebook baru-baru ini.

Dalam unggahan itu, ia membagikan sebuah video yang menampilkan dua warga berhati-hati melintasi sebuah kali usai jembatan penghubungnya roboh. Salah satu warga melintasi kali dengan mengendarai motor, sementara yang lain berjalan kaki.

Heribertus yang berbicara kepada Floresa berkata, jembatan sepanjang delapan meter itu menghubungkan Desa Lencur dan Desa Haju Wangi, yang dipisahkan oleh Kali Wae Loe.

Jembatan itu, kata dia, dibangun pada 2022 dengan anggaran sebesar Rp100 juta, bersumber dari dana pokok pikiran anggota DPRD.

Hujan lebat pada 11 Maret, kata dia, membuat Wae Loe meluap sehingga jembatan itu ambruk.

Sejak saat itu, kata Heribertus,  jembatan itu sudah tidak lagi bisa dilintasi kendaraan serta murid Sekolah Dasar Inpres Bawe.

“Karena jembatannya rusak, otomatis anak sekolah berjalan melintasi kali. Kalau hujan turun lagi, otomatis anak sekolah tidak bisa lewat di kali lagi,” katanya.

Ia mengirimkan tiga buah foto kepada Floresa yang menampilkan kondisi terkini jembatan itu, di mana material konstruksinya hancur berkeping-keping.

Heribertus berkata warga di kampungnya sebagian besar berprofesi sebagai petani dengan hasil panennya adalah kemiri, padi, jagung, kacang ijo dan jambu mete.

Hasil panen biasanya dijual ke Benteng Jawa, ibukota Kecamatan Lamba Leda dan Reo, Kabupaten Manggarai.

“Biasanya mobil langsung mengangkut hasil panen di kampung, tapi ada kalanya warga harus menyewa mobil agar bisa menjual hasil panen,” katanya.

Ia mengatakan ongkos pergi-pulang dari Desa Lencur ke Benteng Jawa bila menggunakan mobil berkisar Rp50 ribu, sementara dengan ojek pergi-pulang berkisar Rp100 ribu.

Jika ke Reo, katanya, ongkos pergi-pulang berkisar Rp100 ribu, sementara dengan ojek berkisar  Rp200 ribu.

Heribertus berharap pemerintah memperhatikan jembatan itu agar bisa dilintasi lagi.

Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Haju Wangi, Nikolaus Remi agar “mobilitas warga desa kembali normal.”

Penjabat Bupati Manggarai Timur, Boni Hasudungan tidak merespons permintaan komentar oleh Floresa, kendati pesan yang dikirim via WhatsApp-nya bercentang dua, tanda telah sampai kepadanya.

Editor: Herry Kabut

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini