Autopsi Jenazah, Upaya Ungkap Pemicu Kematian Tak Wajar Ibu Satu Anak di Manggarai Barat

Keluarga berharap dapat menemukan petunjuk di balik kematian Elda

Floresa – Pada 12 Oktober sekitar pukul 08.00 Wita, sejumlah orang mengelilingi sebuah pusara di Tempat Pemakaman Umum [TPU] Watu Langkas.

Di antara orang-orang itu tampak sejumlah anggota kepolisian dan keluarga besar Sustiana Melci Elda, ibu satu anak.

Petrus Pamput, tetua adat Watu Langkas, sekitar 15 kilometer arah timur Labuan Bajo, duduk bersila di bagian kaki pusara Elda. 

Kedua tangan Petrus Pamput menangkup erat seekor ayam jantan berbulu putih.

Kesunyian di sekitar pusara itu pecah ketika Petrus mengucapkan torok, permohonan izin sekaligus permohonan maaf kepada arwah Elda.

“Denge de le hau Elda, ae mata de hau menurut ami toe wajar. Poli na’a one boak lami ga, ca minggu olo.  Leso ho’o ami bongkar kole boa dite, landi le kepentingan de polisi, kut ngance lelo terang lami mata dite. Neka babang, neka bentang, ae mata dite hoo, toe mata le beti, mata toe wajar.” 

“Hitu reweng dami, neka manga doong selama proses hoo sampe poli. Ngaji dami, Ngaji dite latang Mori Agu Ngggaran. Pande dami leso ho’o latang dite kut jadikan bukti alasan mata dite ho’o ele co’o”. Hitu kanang reweng dami, torok manuk.” 

Melalui torok, Petrus memberi tahu arwah Elda bahwa kuburnya dibongkar untuk kepentingan penyelidikan terkait pemicu kematiannya.

Ayam jantan berbulu putih itu lalu disembelih. Sembari mendaraskan doa adat Manggarai, Petrus menuangkan darahnya pada kaki pusara Elda.

Keluarga Elda lalu mempersilakan anggota kepolisian membongkar makamnya [ekshumasi] untuk autopsi – pemeriksaan medis pada jenazah demi mengetahui penyebab kematian, penyakit, atau cedera yang mungkin terjadi.

Proses ekshumasi yang berlangsung sekitar dua jam itu digelar lebih dari sepekan selepas berpulangnya Elda di Kampung Nggilat, Kecamatan Macang Pacar.

Terletak di pesisir utara Manggarai Barat, Nggilat merupakan kampung suaminya, Eduardus Ungkang. 

Pada 3 Oktober, Eduardus melaporkan perempuan 23 tahun itu meninggal karena bunuh diri. 

Elda meninggal tak lama sesudah menelepon Ardianus Jehadun, ayahnya yang tinggal di Watu Langkas. 

Elda menelepon Ardianus untuk meminjam uang. Karena tak ada uang, ayah Elda mencarikan orang yang bisa meminjamkan mereka uang. 

Suami-istri itu awalnya menyanggupi, setelah sang ayah menemukan orang yang bisa meminjamkan uang dengan bunga 10 persen per bulan.

Namun, tak lama berselang, Elda dan suami kembali menelepon sang ayah, menyatakan keberatan dengan bunga 10 persen itu. 

Lantas, sang ayah mengatakan, akan menanggung pembayaran bunganya itu, tetapi pokok pinjaman tetap dibayar Elda dan suami.

Solusi itu diterima Elda dan suami. 

Tetapi sang ayah berkata, ia belum bisa mengantarkan uang itu pada hari itu juga, karena sudah ada agenda ke Labuan Bajo.

Sang ayah berjanji akan mengantarkan uang itu keesokan harinya.

Ardianus mengira masalah sudah selesai.

Namun, sekitar pukul 10.00 Wita, saat ia berada di Labuan Bajo, kabar duka datang: putrinya meninggal.

Kematian Elda dilaporkan ke Polsek Mancang Pacar karena bunuh diri. 

Namun, orang tua Elda yang ke Nggilat pada hari itu menemukan sejumlah luka pada bagian tubuhnya, yang memunculkan dugaan kematiannya bukan karena bunuh diri melainkan dianiaya.

Orang tua Elda kemudian melaporkan dugaan itu ke Polres Manggarai Barat. Visum dilakukan di RSUD Komodo pada 4 Oktober dini hari. 

Lantaran tidak ada orang yang mengaku atau menyaksikan terjadi penganiayaan terhadap Elda, autopsi lantas dilakukan.

Seorang kerabat Elda yang berbicara dengan Floresa pada 15 Oktober berkata, proses autopsi “berjalan dengan lancar dan aman, sehingga polisi tak kewalahan mengamankan warga yang melihat prosesnya dari jauh.”

Ia mengatakan seorang perwakilan keluarga diminta mengawal proses autopsi itu hingga selesai. 

Lambertus Sedus, pengacara keluarga Elda, turut hadir dalam proses autopsi.

Ia berkata, autopsi dilakukan untuk mendapatkan petunjuk penyebab kematian Elda yang dianggap tak wajar oleh keluarga.

Keluarga Elda, kata dia, berharap autopsi ini membuka tabir penyebab kematian ibu satu anak itu.

“Penyebab kematian masih meninggalkan tanda tanya dan dugaan bagi keluarga dan publik. Semoga autopsi ini bisa menguak kebenaran,” ujar Lambertus pada 14 Oktober.

Kepala Seksi Humas Polres Manggarai Barat, Eka Darma Yuda yang dihubungi Floresa pada 15 Oktober berkata, autopsi dihadiri Kapolres Manggarai Barat, AKBP Christian Kadang, tim penyidik serta beberapa polisi.

Ia berkata, tim pelaksana kegiatan ekshumasi dan autopsi diwakili tiga orang dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan [Biddokkes] Polda Nusa Tenggara Timur. 

Selain itu hadir pula Kapolsek Komodo, I Made Dwi Krisnanda dan Kepala Seksi Kedokteran Kepolisian dan Kesehatan Kepolisian di Polres Manggarai Barat, Iptu Gde Yoga Ari Suputra. 

Hingga kini, polisi belum mengumumkan hasil autopsi itu.

Editor: Petrus Dabu

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA