BerandaREPORTASEMENDALAMDemo Tuntut Copot Kapolres...

Demo Tuntut Copot Kapolres Nagekeo; Pria Bertopeng Provokasi Polisi Bubarkan Aksi, Jurnalis Diintimidasi

Pria bertopeng itu dan seorang lainnya yang melakukan intimidasi diduga bagian dari Grup WA Kaisar Hitam Destroyer bentukan Kapolres Nagekeo

Floresa.co – Aksi unjuk rasa aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia [GMNI] cabang Nagekeo di depan kantor Polres setempat nyaris ricuh saat dua orang menghalang-halangi aksi tersebut.

Unjuk rasa pada Selasa pagi, 25 April 2023 itu merespons sejumlah persoalan di Nagekeo, salah satunya terkait ancaman kekerasan terhadap jurnalis Tribunflores.com Patrianus ‘Patrik’ Meo Djawa di grup WhatsApp KH Destro atau Kaisar Hitam Destroyer yang dikelola Kapolres Nagekeo, Yudha Pranata.

Selama aksi itu, GMNI menuntut agar Yudha dicopot dari jabatannya dan meminta agar perilaku premanisme dihilangkan dari institusi Polres Nagekeo.

Dalam sejumlah video aksi yang diperoleh dari sumber Floresa, tampak salah satu pria yang bertopeng dan berhelm hitam memarahi para demonstran hingga mengeluarkan kata-kata kasar.

Pria itu juga terdengar berteriak-teriak menanyakan surat pemberitahuan aksi dan memprovokasi agar polisi membubarkan unjuk rasa itu.

“Mana surat? Mana surat?” kata pria bertopeng itu sambil menunjuk salah satu aktivis GMNI.

Setelahnya, sejumlah polisi yang semula menjaga para pengunjuk rasa, ikut menanyakan surat pemberitahuan aksi dengan suara keras.

Dalam salah satu video lain, seorang pria berambut pirang terlihat marah-marah dan menunjuk aktivis GMNI yang sedang berorasi.

Ia terdengar mengatakan, “Saya Serif Goa, kamu tulis saya, kamu demo saya.”

Dalam video lainnya, Serif juga terlihat marah-marah dan menunjuk-nunjuk salah seorang pria yang mengenakan kartu tanda pengenal yang kemudian diketahui merupakan jurnalis Faktahukumntt.com, Petrus ‘Peter’ Fua Batu Tenda.

Sementara Serif memarahi Peter, tampak pria bertopeng mencekik leher Peter dari arah belakang.

Peter yang dikonfirmasi Floresa terkait insiden itu mengatakan bahwa ia memang mendapat kekerasan saat sedang meliput aksi tersebut.

“Saat itu Serif Goa hendak menyerang saya, namun ada berapa anggota polisi menghalangi. Ketika saya konsentrasi pandangan ke Serif, tiba-tiba ada yang mencekik saya dari belakang,” tutur Peter.

“Saat itu saya tidak mengetahui persis siapa yang mencekik saya. Namun ketika saya berusaha mengecek melalui tangkapan layar video baru ketahuan ternyata yang mencekik saya adalah manusia bertopeng diduga Gusti Bebi Daga.”

Menurut Peter, Serif menuduhnya sebagai orang yang mendalangi unjuk rasa tersebut.

“Saya juga dituduhkan membuat berita tanpa konfirmasi ke beliau. Saya jadi bingung karena sejauh ini saya tidak pernah menulis artikel berita satupun yang berhubungan dengan Serif sehingga perlu konfirmasi beliau,” katanya.

Serif Goa (bagian depan, mengenakan tas, tampak dalam tangkapan layar video ini.

Peter mengatakan, selama ini, ia tidak tidak pernah bermasalah dengan Serif, baik secara pribadi maupun terkait pekerjaan.

Ketua GMNI Cabang Nagekeo, Dominikus Seke, menguatkan cerita Peter dan mengatakan pria bertopeng dan Serif adalah aktor yang membuat aksi damai itu nyaris ricuh.

“Dua orang itu yang bikin aksi kemarin nyaris ricuh. Pria bertopeng itu datang marah-marah dan larang kami [berunjuk rasa],” katanya saat dihubungi Floresa.

“[Padahal] menurut kita, kalau kita aksi di Polres itu baik-baik saja karena kita masuk dalam lingkaran keamanan. Tetapi, ternyata ada penyusup masuk, melarang aksi.”

Floresa sudah menghubungi Gusti Bebi Daga yang diduga merupakan pria bertopeng itu dan menanyakan terkait keterlibatannya dalam tindakan kekerasan terhadap Peter.

“Saya tidak sedang mencekik,” tulisnya dalam pesan WhatsApp pada Kamis pagi, 27 April.

Ia kemudian mengatakan akan menjelaskan kronologinya pada Kamis siang pukul 13.00 Wita karena “saat ini saya lagi dalam perjalanan.”

Gusti kemudian menanyakan kepada Floresa terkait siapa yang menyebut bahwa ia adalah pria bertopeng yang melakukan kekerasan terhadap Peter.

Setelah mendapat penjelasan, ia menanyakan posisi jurnalis Floresa dan meminta untuk bertemu. Ia juga menanyakan apakah ada jurnalis Floresa yang bertugas di Ende atau Nagekeo.

Ketika dijawab bahwa belum ada jurnalis Floresa di dua daerah itu, Gusti kemudian berjanji lagi untuk mengirim rilis pers.

Namun, hingga Kamis sore, Gusti tidak mengirim klarifikasi. Ketika Floresa kembali menghubunginya dan menanyakan terkait rilis pers yang ia janjikan, ia mengatakan belum bisa membuatnya karena masih ada kegiatan.

Hingga berita ini terbit, ia belum juga memberikan klarifikasi.

Informasi yang diperoleh Floresa dari sejumlah sumber, Gusti dan Serif merupakan jurnalis di Nagekeo yang tergabung dalam Grup WA KH Destro, bentukan Kapolres Nagekeo.

Ancaman Kekerasan Jurnalis di Nagekeo dan Respons Polda NTT

Upaya kriminalisasi, ancaman hingga tindakan kekerasan terhadap jurnalis di Nagekeo bermula dari peristiwa pengadangan mobil pribadi Kapolres Yudha oleh sejumlah pemuda di Aesesa pada Minggu Paskah, 9 April 2023.

Polisi mengklaim para pemuda itu sedang mabuk minuman keras.

Patrik menulis peristiwa itu, di mana ia menyinggung bahwa salah satu pemuda yang diamankan polisi merupakan keponakan dari Ketua Suku Nataia, Patris Seo.

Dalam bagian lain berita itu, ia juga menyebut kontribusi suku tersebut bagi Polres Nagekeo dengan menghibahkan tanah untuk pembangunan kantor Polres, rumah jabatan Kapolres dan Wakapolres.

Berita itu yang dimuat di jaringan media Tribun, termasuk Kupang.tribunnews.com, kemudian berujung pelaporan Patrik oleh Ketua Suku Nataia ke polisi dengan tudingan pencemaran nama baik.

Setelah pelaporan itu, beredar luas tangkapan layar percakapan di grup WhatsApp KH Destro terkait ancaman kekerasan terhadapnya.

Ancaman itu dilakukan oleh Kapolres Yudha dan sejumlah jurnalis yang tergabung dalam grup tersebut.

Dalam percakapan grup itu, mereka mengancam mematahkan rahang dan beberapa kalimat ancaman lainnya.

Kapolres Nagekeo, AKBP Yudha Pranata sedang memberikan penjelasan tentang tangkapaan layar isi obrolan di Grup WA ‘KH Destro.’ Obrolan itu berisi ancaman terhadap seorang jurnalis. (Tangkapan layar dari Video di Youtube Humas Polres Nagekeo)

Rencana kekerasan itu kemudian menjadi viral dan mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Forum Jurnalis Flores-Lembata.

Forum itu pun telah melaporkan ancaman tersebut ke Kapolri, Dewan Pers, Komite Keselamatan Jurnalis, dan beberapa lembaga lainnya.

Informasi yang diperoleh Floresa, tim dari Divisi Propam Polda NTT telah datang ke Nagekeo sejak Selasa, 25 April.

Mereka telah mengambil keterangan dari jurnalis Tribunfores.com terkait persoalan ancaman kekerasan tersebut.

Sementara itu, terkait penghadangan aksi unjuk rasa GMNI, Dewan Pimpinan Daerah [DPD] NTT organisasi mahasiswa itu telah melaporkan Gusti dan Serif ke Polda NTT.

Marianus Krisanto Haukilo, Ktua DPD GMNI NTT mengatakan kepada Floresa, mereka telah mengajukan laporan pada Kamis, 27 Apri.

“Kami mengapresiasi Polda NTT yang sudah menerima laporan ini dan kami serahkan sepenuhnya kepada pihak Polda NTT untuk menindaklanjutinya,” katanya.

Ia menegaskan bahwa “GMNI akan terus kawal persoalan ini hingga tuntas.”

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga