Floresa.co – Puluhan lilin bercahaya di trotoar Puncak Waringin Labuan Bajo pada 31 Agustus malam.
Lilin-lilin itu dinyalakan oleh puluhan kaum muda yang menggelar aksi damai, bentuk solidaritas untuk Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang tewas dalam unjuk rasa di Jakarta.
Mereka mengenakan pakaian serba hitam sebagai simbol duka.
Tampak foto Affan dengan kalimat belasungkawa ditempel berderet pada pagar besi pembatas trotoar, berdekatan dengan lembaran kertas berisi kalimat doa dan harapan yang ditulis tangan.
Sejak pukul 18.30 wita, puluhan pemuda itu mulai memadati trotoar di Jalan WZ Johanes itu, dengan pemandangan laut dan Water Front Marina di sebelah baratnya.
Suasana semakin ramai seiring makin banyaknya pemuda yang berdatangan.
Beberapa dari mereka langsung menyalakan lilin. Beberapa lainnya tampak menuliskan kalimat doa dan harapan pada lembaran kertas, menambah panjang deretan kertas pada pagar besi pembatas trotoar.
Tampak beberapa polisi dan Satpol PP mengawal aksi tersebut yang berlangsung aman hingga selesai pada pukul 20.00 Wita.
Bentuk Solidaritas
Rossi, seorang perempuan yang tidak mau nama lengkapnya disebut karena alasan keamanan berkata kehadirannya tidak mewakili organisasi atau komunitas apapun.
Ia hanya merasa tergerak untuk bersolidaritas setelah mendapat informasi rencana aksi itu dari media sosial.
“Saya datang sendiri saja. Baru kenal di sini juga dengan teman-teman ini” katanya.
Waldi, pemuda asal Pulau Rinca di kawasan Taman Nasional Komodo juga mengaku kehadirannya sebagi bentuk solidaritas untuk Affan.
“Saya lihat informasi di media sosial ada aksi di sini,” katanya.
Ia memilih tetap datang meskipun jauh-jauh dari Pulau Rinca “untuk mengencangkan rasa solidaritas antarsesama anak bangsa.”
Sama seperti Rossi, ia juga mengaku “tidak mewakili organisasi manapun.”
Selain bersolidaritas, ia juga menyoroti pemimpin yang belum berhasil mensejahterakan masyarakat, hal yang memicu demonstrasi beruntun di berbagai wilayah sejak 25 Agustus.
Menurutnya “Indonesia punya kekayaan yang melimpah tetapi sayangnya dipimpin oleh orang-orang yang salah.”
“Tidak harus menunggu Indonesia emas, sekarang juga kita bisa menjadi negara maju asalkan dipimpin oleh orang-orang yang benar,” katanya.
Merespons situasi terkini di mana unjuk rasa semakin masif dan tersebar di berbagai daerah, ia menuntut aksi nyata dari pemerintah dan DPR untuk mengakomodasi suara rakyat dan “jangan hanya meminta maaf.”

Puisi dan Doa untuk Affan
Dalam aksi itu, para pemuda secara bergantian membacakan puisi dan bernyanyi bersama.
“Anakku sayang, apabila kaki sudah melangkah di tengah padang, tancapkanlah kakimu dalam-dalam,” suara Rossi terdengar lantang membacakan puisi “Pesan Sang Ibu.”
Puisi itu karya Wiji Thukul, penyair dan aktivis yang dikenal karena sikap kritisnya pada pemerintahan rezim Orde Baru di bawah Soeharto.
Peserta aksi lainnya menyanyikan bersama-sama lagu “Buruh Tani” karya Safi’i Kemamang, mengiringi pembacaan puisi itu.
Sebelumnya, mereka juga menyanyikan lagu “Ibu Pertiwi” sementara salah satu dari mereka membacakan puisi lainnya.
“Kita berdoa untuk Affan, untuk negara dan pemerintah” kata Rossi sembari mengajak peserta aksi lainnya untuk berdoa.
“Kita juga berdoa untuk kawan-kawan di daerah lain yang sedang mengikuti aksi memperjuangkan keadilan,” tambahnya.
Waldi menjelaskan, lilin merupakan simbol cahaya yang terang untuk menerangi perjalanan Affan menuju dunia akhirat.
“Walaupun Affan telah gugur, tetapi semoga semangatnya membangkitkan seribu Affan baru” katanya.
Aksi itu ditutup dengan doa sesuai agama masing-masing peserta.
Seruan Menjaga Kondusivitas
Pada hari yang sama Bupati Edistasius Endi menggelar rapat koordinasi terkait peningkatan pengamanan dan kondusivitas di wilayah Manggarai Barat.
Rapat yang berlangsung mulai pukul 12.00 wita itu dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Forum Kerukunan Umat Beragama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, perwakilan ormas dan perwakilan pelaku pariwisata.
Dalam konferensi pers usai rapat tersebut, Endi menjelaskan pertemuan itu untuk menyikapi kondisi yang berkembang secara nasional dan di berbagai daerah selama beberapa hari terakhir.
“Hakikatnya Manggarai Barat cinta dengan kedamaian” katanya.
Manggarai Barat, kata Edi, “berkomitmen untuk menjaga persatuan dan kesatuan sekaligus mendoakan keutuhan bangsa.”
Karena itu dia mengimbau agar masyarakat mengamankan diri, memperhatikan lingkungan dan menggunakan media sosial secara baik, bertanggung jawab serta menghindari aksi-aksi provokatif.
“Dengan begitu maka kedamaian, persatuan dan keutuhan akan terwujud di kabupaten ini,” katanya.
Editor: Anno Susabun