PARIWISATAPariwisata di Mabar, Apa Dampaknya Bagi Masyakat Lokal?

Pariwisata di Mabar, Apa Dampaknya Bagi Masyakat Lokal?

Pihak Gereja setempat sudah menyadari persoalan ini. Dalam sinode tahun ini, persoalan pariwisata dibahas oleh Keuskupan Ruteng.

Uskup Ruteng Mgr Hubertus Leteng mengingatkan, masyarakat lokal harusnya menjadi subjek yang dipikirkan sebagai sasaran pengembangan pariwisata.

“Janga hanya pikir invesor. Masyarakat kecil juga berhak mendapat manfaat dari pengembangan pariwisata ini,” katanya.

“Tujuan pembangunan akan gagal tercapai, jika masyarakat justeru mengalami peminggiran,” lanjutnya.

Pemerintah

Sejauh ini, ironi demikian disadari juga  oleh pemerintah.

Theodorus Suardi, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat mengatakan kapasitas daerah untuk menunjang pariwisata memang belumlah memadai.

“Kita belum mampu. Meskipun pariwisata dikatakan sebagai leading sector. Hanya di atas kertas, belum di tingkat implementasi,” katanya.

Ia mencontohkan, alokasi dari APBD untuk sektor pariwisata hanya sekitar Rp 1 milliar per tahun. Padahal APBD pemerintah kabupaten Manggarai Barat (2014) tiap tahun mencapai sekitar 686 miliar.

“Dari alokasi yang sedikit itu, kita hanya bisa membuat pelatihan demi pelatihan. Tidak bisa berbuat lebih.”

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA