PARIWISATAPariwisata di Mabar, Apa Dampaknya Bagi Masyakat Lokal?

Pariwisata di Mabar, Apa Dampaknya Bagi Masyakat Lokal?

Pada 2011, pemerintah menetapkan sistem zonasi yang kemudian tidak mengizinkan aktivitas pencarian ikan di sekitar TNK, kecuali diving, snorkeling dan aktivitas pariwisata lainnya.

Beriringan dengan itu, tak ada cerita menarik bagi masyakat lokal.

Di Labuan Bajo saat ini terdapat 50 hotel dan restoran, demikian data Kementerian Pariwisata.

Dan jumlah investasi meliputi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri sudah mencapai 112 investor di tahun 2015, mengalami peningkatan dari 36 investor pada tahun 2010.

Namun, sumbangannya tidak banyak untuk APBD. Dari sektor pariwisata terutama hasil pajak hotel, restoran, dan retribusi daerah untuk PAD hanya sekitar 10, 8 milliar dari total PAD 51.4 miliar pada 2014.

Pariwisata juga belum mampu membenduang angkan kemiskinan, yang sampai sekarang masih mencapai 234.235 jiwa atau 18,21 persen dari total penduduk Mabar. Persentase itu, jauh lebih tinggi dari total kemiskinan di Indonesia, 10,96 persen.

Peminggiran

Ervis Budi Setiawan, dari Swiss Contact mengaku pesimis bahwa masyarakat akan mendapat banyak manfaat dari industri pariwisata.

Katanya, keseluruhan sistem pendukung pariwisata seperti pengembangan produk wisata dan sumber daya manusia belum memadai.

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA