Pariwisata di Mabar, Apa Dampaknya Bagi Masyakat Lokal?

Baca Juga

Junaidi, 45, nelayan yang tinggal di pesisir pantai misalnya, kondisi hidupnya tidak berubah.

Malah, sekarang, ia menghadapi situasi susahnya bertahan hidup.

“Ikan semakin jarang karena lalu-lintas kapal untuk tujuan pariwisata sudah semakin ramai. Ikan-ikan menjauh,” katanya.

Hidup dengan isteri dan anak semata wayangnya, ia hanya bisa menyaksikan laju kota itu.

Abdul Salim, 43, juga mengatakan hal yang sama. “Karena di sini ramai, kami biasa memancing ikan hingga pulau-pulau di sekitar Komodo. Tetapi sangat hati-hati, jangan sampai masuk ke kawasan zonasi TNK,” katanya.

Mengingat jarak untuk menangkap ikan semakin jauh, tidak hanya Junaidin dan Abdul, hampir semua nelayan kini ramai-ramai menggunakan perahu motor.

Dulunya, hanya dengan menggunakan perahu layar, mereka dapat menangkap banyak ikan di sekitar pesisir Labuan Bajo.

Upaya meningkatkan laju pariwisata memang mendorong pemerintah mengambil sejumlah kebijakan, termasuk penetapan Pulau Komodo dan pulau sekitarnya pada 1980 sebagai Taman Nasional (TNK) untuk perlindungan satwa langka itu.

Hal ini membuat ruang gerak para nelayan makin sempit. Sebagai kawasan konservasi, TNK menjadi lingkungan eksklusif.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini