Kecurigaan Terhadap Penelitian di Liang Bua

Baca Juga

Menurut Lorens Hena, salah seorang yang dipekerjakan para ahli arkeologi asal Museum Arkeologi Nasional dan para ahli arkeologi asal Australia pada penggalian situs tersebut, bahwa tempat tersebut merupakan tempat tinggal nenek moyang manusia Flores zaman dulu.

Hemat saya, mencurigai tujuan penggalian Situs Liang Bua untuk penelitian dan sampai menilai bahwa penelitian tersebut tidak ada hasilnya adalah tidaklah berdasar.

Apalagi, tim penggalian situs purbakala di bawah pimpinan ilmuwan Australia dan Indonesia telah menemukan sisa-sisa kerangka delapan manusia dengan ukuran tubuh agak pendek dan volume otak kecil di dalam gua Liang Bua. Fosil-fosil tersebut kemudian diberi nama Homo Floresiensis (Manusia Flores), yang diambil dari nama pulau tempat ditemukannya fosil tersebut.

Salah satu kerangka yang diperkirakan seorang perempuan berusia 30-an tahun dan meninggal sekitar 18.000 tahun lalu, tingginya hanya 1 meter. Volume otak wanita itu hanya 380 cc. Informasi ini penting, sebab ukuran otak tersebut boleh dikatakan kecil, bahkan untuk seekor simpanse sekalipun.

Penyelidikan atas penemuan itu, yang diperkirakan berlaku paling tidak bagi 8 kerangka tersebut, menunjukkan bahwa Homo Floresiensis hidup di dalam gua ini antara 95.000 dan 12.000 tahun yang lalu.

Pendapat bersama dari para ilmuwan yang meneliti perkakas dan tulang-belulang hewan yang berhasil ditemukan dalam penggalian di dalam gua tersebut adalah bahwa individu-individu Homo Floresiensis memperlihatkan perilaku kompleks yang memerlukan kemampuan berbicara, dengan kata lain mereka adalah manusia cerdas yang hidup bermasyarakat dan memiliki keterampilan (kemampuan berkarya).

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini