Tindak Lanjut Dugaan Selingkuh TK dan CK: Dimediasi atau Tetap Jalur Hukum?

Floresa.co – Kasus dugaan selingkuh di Kabupaten Manggarai Barat, antara CK dan TK, dua Pegawai Negeri Sipil (PNS) kini sedang ditangani pihak kepolisian.

Namun, kini, WW, suami TK mengaku kesal, karena mendengar ada upaya sebagian orang untuk menghilangkan kasus yang melukai perasaannya itu.

WW yang secara khusus menemui Floresa.co di Labuan Bajo pada Selasa, 29 Maret 2016, menuturkan detail proses penggerebekkan yang ia lakukan. Ini, kata dia, untuk melawan upaya sejumlah orang, yang hendak menghilangkan kasus ini.

“Saya bersama keluarga membulatkan tekad agar persoalan ini diusut tuntas dan tidak ada yang ditutupi,” katanya.

Dari Rumah Hingga Kantor BPMPT

Menurut dia, pada hari kejadian, Selasa, 15 Maret 2016, ia awalnya sedang duduk di dekat rumah. Sekitar pukul 18.30 Wita, tiba-tiba, TK muncul dengan sepeda motor, sambil membocengi kedua anak mereka.  “Sekitar 10 menit usai mengantar anak-anak, ia keluar lagi membawa sepeda motor,” kisahnya.

WW pun memutuskan membuntuti isterinya itu. Semula WW melintasi pertigaan Prundi, setelah dari arah rumah mereka.

TK, katanya, terus melaju, lewat di depan Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Labuan Bajo. Lalu, di lampu merah Langka Kabe, TK, kata WW, sempat menoleh kebelakang. ”Pas dia menoleh, saya lari keluar (dari) jalan, sembunyi di  salah satu toko sebelum perempatan Langka Kabe,” ujarnya.

Setelah sempat berhenti, kata dia, TK lalu melaju menuju arah Sernaru. “Saya lihat dari belakang, lampu sein motornya belok kiri. Setelah melewati Bank NTT (Cabang Labuan Bajo – red), saya membuntuti terus. Kebetulan, di depan saya ada mobil. Jadi, saya sembunyi di belakang mobil itu.”

Di pertigaan, lanjutnya, TK lalu menyalakan lampu sein kiri. “Saya berhenti sebentar dan saya pikir mungkin dia  ke arah Golo Koe, ke rumah kakak saya,” katanya. Rumah kakaknya memang tidak jauh dari tempat itu. Namun, perkirannya keliru, karena kemudian TK menyalakan lampu sein kanan dan mengarah ke kantor  Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT).

Sampai di dekat kantor itu, WW memilih berhenti dan mematikan mesin motor. Dari sana, ia terus memperhatikan isterinya. Ia mengaku, saat lampu motor TK mengarah ke pintu kantor BPMPT, ada CK di sana. Wajahnya mudah dikenali karena disorot lampu motor. ”Saya melihat CK membukakan pintu. Ketika keduanya sudah berada di dalam, pintu langsung dikunci,” ujarnya.

Menurut WW, keadaan di dalam kantor saat itu, gelap. Ia lantas segera menghidupkan motor menuju kantor itu. “Saya tidak ingin membiarkan keduanya melakukan hal-hal tidak terpuji, karena dia merupakan istri sah saya,” katanya.

WW  sengaja tidak memberi jedah waktu untuk memergoki keduanya. “Bagaimanapun juga, saya jengkel. Saya tidak mau menyaksikan sendiri kejadian tidak terpuji itu, makanya saya langsung teriak,” ungkapnya.

Namun, kata dia, teriakannya tidak digubris. “Saya pun langsung tendang pintu. Begitu pintu terbuka, saya melihat istri saya lari ke arah pintu belakang. Sementara CK ada di salah satu ruangan.”

WW mengaku terjatuh saat mengejar TK dan kakinya terluka. Namun, ia tidak menyerah, hingga mampu meraih isterinya itu. Setelah mampu menahan TK, ia kembali ke arah pintu yang didobrak. Ia pun berteriak meminta agar CK keluar dari kantor.  Saat itu, salah satu temannya, bernama Hendrik, yang kebetulan lewat di dekat kantor BPMPT langsung mendekat.

Ole… padahal ini kae WW. Ada apa ini?” lanjut WW, menirukan kata-kata Hendrik.

“Ketika TK dan Hendrik memeluk saya, CK keluar dari ruangan. Dan saya bilang, ‘ternyata kamu dua ini menjalin hubungan’. Tetapi di menjawab, ‘Hanya sebatas curhat.’”

Menurut WW, saat itu, CK memintanya untuk tidak membuat masalah di kantor. “Dia bilang, ‘jangan ribut di kantor ini’. Saya mau pukul, tapi TK dan Hendrik merangkul saya, sehingga CK langsung keluar mendorong motornya.”

Situasi saat itu pun panas, demikian kata WW.

Ia pun berusaha menghubungi keluargamya. “Tidak lama setelah menelpon kakak saya. Lalu, Om Cristo Sadur (yang kemudian diketahui dihubungi Hendrik) –  menghampiri kami meminta untuk menyelesaikan secara baik.”

Cristo adalah teman sekantor Hendrik.

Di tengah situasi yang menegangkan itu, WW mengaku menelepon isteri CK, mau memberitahu kejadian ini. “Dan, dia langsung meminta berbicara dengan TK,” kata WW.

Ia menambahkan, dalam pembicaraan itu, isterinya mengakui adanya hubungan dengan CK. “Namun, isteri CK balik bertanya, ‘apakah kamu di bawah tekanan?’ Isteri saya mengaku tidak. Saat telepon dengan istri TK, ada om Cristo yang ikut mendengar karena telepon memakai loudspeaker.

Mendengar pengakuan TK, WW merasa makin jengkel. “Saya mau langsung lapor polisi, namun om Cristo berharap mengambil jalan mediasi.”

Saat itu, katanya, TK meminta agar kasus ini tidak dilaporkan ke polisi, berhubung orang tuanya sedang sakit.

Penuturan WW juga diakui pamannya bernama Hans, yang juga hadir di lokasi pada malam kejadian. “Saya langung datang bersama isteri,” katanya.

Malam itu, Hans langsung memberitahu pihak keluarga TK. Om TK, kata Hans, saat itu sangat kaget lalu mendatangi lokasi kejadian.

”Ketika tiba di kantor tersebut, omnya TK langsung menampar TK. Namun, kami melarang supaya tidak dipukul,” tutur Hans.

Sudah Lama Curiga

WW menyatakan, ia memang sudah lama menaruh curiga dengan isterinya. Dan, hal itu membuat hubungan mereka menjadi renggang.

Namun, keluarga WW sendiri, juga keluarga TK mencap sikapnya itu berlebihan. Meski demikian, katanya, kecurigaannya tidak pernah berhenti. “Karena saya yakin pasti CK dan TK tetap memiliki hubungan.”

Sekitar 4 hari sebelum kejadian, keduanya sempat bertengkar. Itu bermula saat mereka bertemu di jalan dan WW meminta agar TK menyerahkan HP-nya. “Namun, dia tidak memberikan HP itu.”

WW menyatakan, ingin mengetahui isi HP isterinya dan siapa-siapa yang menghubunginya.

Soal kecurigaan dengan CK, WW mengendusnya sudah lama. Pada tahun lalu, ia sudah pernah melapor ke polisi, setelah ia membaca BBM keduanya. Namun, hal itu berakhir dengan damai.

Kedekatan CK dan TK, lanjutnya, terjadi saat TK masih bekerja di kantor perijinan. Untuk meminimalkan rasa curiga, kata dia WW meminta agar TK dipindahkan ke kantor camat.

Upaya itu, kata WW, ternyata tidak direspon baik. “TK marah-marah ke saya.”

Dugaan Terbukti

Kejadian penggerebekan malam itu, membuat keluarga berbalik. “Selama ini, kami sekeluarga kerap menuding si WW, keponakan kami yang menurut kami terlalu cemburu dengan TK isterinya,” kata Hans, om WW.

“Namun dengan kejadian malam itu, kecurigaan kami terbantahkan semua, dan ternyata yang dicurigai WW, benar adanya.”

Setelah berdiskusi malam itu, mereka pun memutuskan untuk membahas masalah itu dan mencari rumah terdekat. “Kebetulan om Cristo bersedia, maka kami semua duduk di rumahnya bersama keluarga TK dan ayah WW,” kata Hans.

”Keluarga sempat meminta pandangan keluarga TK, namun mereka menyerahkan semua ke keluarga kami. Om TL (ayah TK) bahkan meminta maaf kepada kami atas kejadian itu,” katanya.

Bahkan, kata dia, TL menyatakan, ”Kami ini ibarat pencuri, jadi kami serahkan semuanya ke pihak keluarga lelaki,” ujar Hans.

Setelah sempat berdialog, malam itu mereka memutuskan untuk membawa kasus ini ke jalur hukum.

Upaya menghadirkan salah satu polisi malam itu untuk memediasi gagal.  ”Kami mendatangkan salah satu anggota polisi, namun saat itu tidak ada yang menjamin kenyamanan si CK ketika hendak diundang ke rumah Cristo. Makanya kedua keluarga sepakat agar proses hukum.”

Bantahan CK dan Keluarga TK

Pengakuan WW terkait kejadian itu, tidak semuanya diakui CK. Ia bahkan menegaskan bahwa “tidak ada perselingkuhan” antara dirinya dengan TK.

Menurutnya, pada malam kejadian itu, dirinya memang berada di kantor BPMPT. Tetapi, bukan karena ada janjian dengan TK.

CK  beralasan, saat itu ia memegang kunci kantor BPMPT. Berhubung ia pada hari itu cepat pulang dari kantor sebelum PNS lainnya pulang, maka malamnya ia kembali lagi ke kantor. “Sore harinya, jam 6 lewat saya datang (untuk) tutup dan kunci kantor,” ujarnya kepada Floresa.co, didampingi isterinya.

Secara kebetulan, kata dia, TK juga datang ke kantor BPMPT pada sore menjelang malam itu. Ia dan TK, lanjut CK, belum sempat ngobrol dan duduk, tiba-tiba WW, suami TK, berteriak memanggil nama istrinya itu.

Mendengar teriakan itu, TK lantas lari masuk ke dalam kantor dan keluar lewat pintu belakang kantor. “Saya pun melihat ke belakang, TK dan WW saling kejar-kejaran. Saya juga langsung ke depan lagi,” cerita CK.

Menurut CK, ia sempat melihat TK dan WW adu mulut. “Pada waktu itu saya mengatakan, saya dengan TK tidak berbuat apa-apa,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan pihak keluarga TK, yang diwakili Robert Kennedy Diaz.

Ia memang membenarkan bahwa pada malam itu, TK, CK dan WW ada di depan kantor BPMPT serta ada kerumunan orang. Namun, ia membantah soal tudingan terjadi perselingkuhan.

“Kami tidak sependapat dengan yang diberitakan, yang mengatakan ‘terjadi hubungan terlarang’. Apa yang dimaksud hubungan terlarang?” ujarnya.

Diaz mengatakan, pada malam itu dirinya langsung meminta pihak kepolisian melakukan visum untuk mengetahui apakah telah terjadi hubungan badan atau tidak.

“Hasilnya tidak ada sperma yang tersebar dan tercecer kemana-mana,” ujar Diaz.

Proses di Kepolisian

Kasus ini kini masih ditangani Polres Mabar. Cristo Sadur, salah satu yang sudah diperiksa oleh polisi mengaku sudah menyampaikan semua yang ia saksikan saat kejadian. “Kebetulan saya datang ketika TK dan WW sedang bertengkar,” katanya.

Menurutnya, ia berada di lokasi setelah kejadian, karena ditelepon Hendrik.

”Hendrik telepon saya dan beritahu, ‘Kae, tolong ke sini. Ada masalah di dekat kantor kita.” Cristo mengonfirmasi bahwa saat ia tiba, TK meminta WW untuk tidak melaporkan kejadian ini ke polisi dengan alasan takut orang tuanya.

“Memang betul si TK minta supaya jangan lapor polisi, makanya terjadilah mediasi di rumah saya. Sampai di rumah, ketika tidak jadi mediasi, kedua bela pihakpun sepakat untuk proses hukum,” ujar Cristo.

Wakapolres Mabar, I Ketut Suwijaya mengatakan, ia belum mengecek perkembangan kasus ini. ”Saksi-saksi sudah diambil keterangan. Nanti saya cek lagi perkembangannya.”

Menurutnya, kemungkinan kasus ini diselesaikan secara damai. “Namun kalau suaminya (TK) tidak mau damai, ya, sidang di pengadilan. Ini kan kasus delik aduan. Suaminya yang lapor, dia sendiri yang cabut laporan kalau mau damai.”

Namun, kepada Floresa.co, WW menyatakan, ia dan keluarganya tetap konsisten menyelesaikan kasus ini lewat jalur hukum. (Ferdinand Ambo/Sirilus Ladur/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA