ReportasePeristiwaMayoritas Desa di Kecamatan Rana Mese, Matim Masuk Kategori Terpencil

Mayoritas Desa di Kecamatan Rana Mese, Matim Masuk Kategori Terpencil

Borong, Floresa.co – Mayoritas desa di wilayah Kecamatan Rana Mese Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Flores, NTT, masuk kategori terpencil. Dari 21 desa yang ada 14 diantaranya masuk kategori ini.

Camat Kecamatan Rane Mese Vincentius Joni mengatakan indikator desa masuk kategori terpencil adalah fasilitas kesehatan yang tidak ada, pendidikan yang kurang diperhatikan , ketersediaan sarana air bersih yang kurang serta daerah ini sangat jauh dari akses jalan umum.

Ada pun keempatbelas desa tersebut adalah Desa Bea Ngencung, Lidi, Satar Lahing, Satar Lenda,  Torok Golo, Sano Lokom, dan Desa  Rondo Woing. Kemudian Desa Wae Ngori, Bangka Kempo, Compang Teber, Golo Rutuk, Golo Ros, Golo Meleng, dan Compang Kantar.

Vinsenstius mengatakan 14 desa tersebut memiliki akses transportasi yang minim bahkan belum ada aspal. Hanya beberapa yang sudah aspal tetapi sudah rusak.  Selain aspal, juga jembatan penghubung desa tidak ada misalnya jembatan Wae Musur untuk beberpa desa di sebela kali, jembatan Wae Dingin menuju desa Compang Teber dan sekitarnya.

Setidaknya ada dua kali yang menghubungkan desa-desa tersebut. Namun, menurut dia, hingga kini jembatan penghubug belum dibangun. Akibatnya, bila musim hujan ditiba, aktifitas ekonomi antar desa menjadi lumpuh.

“Arus lalu lintas ke desa terpencil tersebut akan lumpuh pada waktu musim hujan, kendaraan roda dua maupun roda empat tidak melakukan trayek ke desa-desa akibat jalan rusak dan jembatan penyeberang tidak ada khusus ke desa sebelah barat Kali Wae Musur,”ujarya kepada Floresa.co, Jumat (8/5/2015).

Ia mengatakan desa-desa tersebut memiliki potensi pertania yang baik, tanahnya pertaniannya subur. Tak heran para petani menghasilkan hingga berton-ton hasil komuditi perdagangan seperti kopi, cengkeh, kakao dan tanaman perdagangan lainya.

Joni  mengungkapkan pembangunan jembatan Wae Musur dibagian tengah dalam proses perencanaan tahun ini. Diperkirakan konstruksi fisik dilakukan tahun 2016.

“Informasi pembanguan jembatan ini setelah tim teknis dari dinas Pekerjaan Umum melakukan pengukuran di lokasi,”ujarya.

Ia berharap tahun-tahun mendatang seluruh desa di wilayah kerjanya bebas dari status terpecil. Karena itu, ia mengharapkan agar seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait harus punya program yang berkaitan dengan pembangunan fisik di desa-desa tertinggal itu. (Satria/PTD/Floresa).

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA