ReportasePeristiwaDi Cibal, Deno Kembali Lontarkan Kritikan Soal Monopsoni

Di Cibal, Deno Kembali Lontarkan Kritikan Soal Monopsoni

Floresa.co – Calon bupati Manggarai Deno Kamelus kemblai melontarkan kritikannya soal praktik monopsoni. Di sela-sela kampanyenya di sejumlah kampung di Cibal Barat, Deno mengatakan praktik dagang ini menyebabkan rakyat jatuh miskin.

“Rakyat miskin karena monopsoni. Bersama rakyat melawan monopsoni,”tulis Deno di status Blacberry Massenger (BBM)-nya, Minggu (4/10/2015).

Bersama tulisan itu, Deno menampilkan gambar sedang berdialog bersama seorang ibu yang sedang mengurusi komoditas, yang diperkirakan kemiri, salah satu komoditas unggulan di wilayah Cibal Barat.

Deno belum bisa dimintai keterangan lanjutan soal statusnya BBM-nya ini. Tapi sebelumnya, kepada Floresa.co, ia mengatakan, hari ini dirinya melakukan kampanye di Ndoso, Pelas, Rengket, Lamba, Gurung dan Pedeng. Semua kampung ini berada di wilayah Cibal Barat.

BACA Juga: Deno: Perdagangan Komoditas di Manggarai Dikuasai Segelintir Pembeli

Sebelumnya, Deno sudah melontarkan kritikan serupa soal praktik monopsoni. Pada kampanye di rumah adat Tadong,Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Minggu (27/9/2015), ia mengatakan perdagangan komoditi di Manggarai dikuasai segelintir pembeli.

Deno menjelaskan, praktik monopsoni merupakan sebuah istilah dalam pasar, dimana terdapat banyak penjual tetapi hanya satu, dua, dan tiga pembeli saja. Akibatnya, pedagang selaku pembeli komoditas petani menentukan harga sesuka hati.

Di depan ratusan massa yang hadir dalam kegiatan kampanye, calon bupati yang berpasangan dengan Victor Madur tersebut menjelaskan, salah satu penyebab harga komoditas pertanian seperti kopi, cengkeh,vanili dan lain-lain terus menurun disebabkan penerapan sistem monopsoni tersebut.

Kata dia, pembeli atau pedagang mengatur sesuka hati atas harga komoditas pertanian.Sistim ini, kata dia,berlaku di Kabupaten Manggarai.

Bahkan, menurutnya, tahun ini harga cengkeh hanya Rp 80.000 per kilogram.

“Yang beli hanya sedikit orang,kalau bukan bapa,mama,anak mantu,anak,tante dan sebagainya. Dan mereka yang mengatur harga sebelum menjual. Mereka sepakat saja,harga diatur sesuka hati,”ujarnya. (Petrus D/PTD/Floresa)

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA