Aparat TNI di TTS Diduga Bekingi Perusahan Tambang

Baca Juga

Pastor Yohanes Kristoforus Tara OFM dari Komisi Justice, Peace and Integrity of Creatioan (JPIC) Fransiskan yang terlibat langsung dalam advokasi, mengatakan, kehadiran tambang menjadi bahaya bagi warga lokal yang mayoritas adalah petani.

“Masuknya perusahan menghilangkan sumber hidup masyarakat,” katanya.

Menurut Pastor Kristo, PT SMR yang beroperasi di wilayah pegunungan membuat sejumlah sumber mata air mati dan mengancam ribuan hektar sawah di daerah Oebelo, Kecamatan Amanuban Selatan, yang mendapat pasokan air dari wilayah di dekat areal tambang.

“Limbah hasil pencucian mangan juga mengancam kesehatan masyarakat,” katanya.

Ia menegaskan, Gereja selalu berada di pihak paling lemah, bersama para korban yang mengalami ketidakadilan.

“Prinsip itu yang mendasari kami dan kawan-kawan Protestan berjuang bersama masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Pendeta Yos Manu dari Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) yang aktif dalam berbagai perjuangan menolak PT SMR mengatakan, mereka berharap, pemerintah mendengarkan suara rakyat untuk mencabut izin.

“Selain dampak ekologi, dampak sosial kehadiran tambang ini sangat masif. Jemaat kami kini terbelah, antara yang pro dan kontra tambang,” katanya.

Ia menegaskan, mereka akan berjuang terus melawan perusahan ini.

“Kita berpihak pada alam yang tidak bicara, tetapi kita bisa pahami cara dia menangis karena dieksploitasi. Kita juga berpihak pada warga yang jadi korban kapitalisme,” katanya. (Ari D/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini