Jakarta, Floresa.co – Aliansi Mahasiswa Manggarai (AMANG) Jakarta, sesali sikap bupati Manggarai Barat (Mabar) Agustinus Ch Dula yang menerima peserta aksi pro pembangunan hotel di Pantai Pede.
Seperti yang diberitakan Voxntt.com, ratusan massa aksi yang datang dari seluruh kecamatan di Mabar dan tergabung dalam Sekretariat Bersama Pemuda dan Masyarakat Manggarai Barat (Setber PM-MB) melakukan aksi pada Rabu, 24 Mei 2017di kantor DPRD Mabar, kantor bupati Mabar dan berakhir di Pantai Pede.
Saat massa aksi berorasi di kantor bupati, Dula datang menemui mereka.
Dalam tuntutannya, mereka mendukung bupati dan wakil bupati Mabar dalam visi dan misinya membangun Mabar, serta menyerukan agar membersihkan birokrat yang berkinerja rendah.
Sementara itu, tuntutan lainnya, yang terlihat di spanduk aksi yang terpampang di depan mobil massa, tertulis, “Kecamatan Boleng Mendukung Pengelolaan Pantai Pede yang Berwawasan Lingkutanga Serta Terbukannya akses Publik”.
Atas sikapnya tersebut, AMANG menduga Dula adalah dalang di balik aksi tersebut.
“Sangat beralasan untuk mengatakan Dula adalah aktor di balik aksi tersebut,” ujar Ario Jempau, Kordinator AMANG kepada Floresa.co, Kamis, 25 Mei 2017.
Dugaan tersebut, menurut Ario, cukup beralasan. Pasalnya, telah berulang kali demonstrasi terkait polemik pantai Pede digelar, namun, pada saat yang sama, Dula juga konsisten menghindari masa aksi dengan berbagai macam alasan.
“Apakah kita masih menganggap demo tersebut wajar,” lanjutnya.
Sementara itu, Sekjen AMANG, Ovan Wangkut, menilai Dula diduga mengidap penyakit megalomania di mana korbannya selalu merindukan puji-pujian dari orang lain.
“Gusti Dula terlihat demikian. Sangat merindukan pujian, sehingga begitu gampangnya beliau menemui demonstran yang mendukung pembangunan hotel di Pede,” ujar Ovan.
Sikap Dula, lanjut Ovan bisa, dimaklumi mengingat selama ini yang diterima bupati dua periode tersebut hanya kritikan. Maka, wajar jika ia menemui demonstran pendukung pembangunan hotel Pantai Pede.
“Mungkin Dula merindukan puji-pujian dan dukungan. Namun, keinginan yang demikian hanya lahir dari orang-orang sakit,” lanjutnya.
Seperti diketahui, polemik Pantai Pede telah berlangsung lama, terhitung sejak tahun 2012. Arus penolakan masyarakat tidak pernah berhenti.
Diskusi, audiensi, termasuk demontrasi berkali-kali digelar, menolak pembanggunan hotel di Pantai Pede. Kegitan-kegiatan tersebut tidak hanya digelar di Labuan Bajo, tetapi juga di daerah lain di Indonesia, termasuk di Jakarta.
Selama pergelaran aksi, tidak sekali pun Dula menemui massa. Selalu saja ada alasan yang membenarkan dirinya tidak hadir untuk mendengar dan menerima tuntutan demonstran. (Floresa).