Labuan Bajo, Floresa.co – Para bupati seluruh Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar pertemuan di Labuan Bajo pada Senin, 10 Juni 2019. Dalam pertemuan itu, setiap bupati memaparkan potensi unggulan di daerah yang mereka pimpin. Harapannya, selain untuk memenuhi kebutuhan domestik di wilayah masing-masing, surplus komoditas unggulan yang ada bisa untuk diekspor ke kabupaten lain yang defisit atau kekurangan.
Perwakilan Kabupaten Ngada, misalnya menyebut kopi sebagai potensi unggulan di wilayah tersebut. Walaupun demikian, katanya, pihaknya masih membutuhkan produk-produk unggulan dari kabupaten lain yang diharapkan dapat mengisi dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
“(Maka) harus ada barter komoditi unggulan antar kabupaten,” jelasnya dalam acara betajuk, “Masyarakat Ekonomi NTT” saat presentasi di hadapan Gubernur Victor Laiskodat dan Wakil Gubernur, Josep Nai Soi di Hotel Ayana Labuan Bajo, Senin 10 Juni 2019.
Sementara, Bupati Lembata Elias Sunur menyebut hasil laut, terutama ikan sebagai potensi unggulan. Dan, hingga saat ini, pihaknya masih berupaya meningkatkan strategi marketing.
“Bagaimana menjual ikan teri secara online,” ujarnya.
Baca Juga: Laiskodat Klaim Rencana Penutupan Pulau Komodo Disetujui Jokowi
Lalu, dari Kabupaten Flores Timur terdapat mente. Pemerintah setempat, kata Bupati Anton Gege Hadjon tengah berupaya menambah nilai pada komodoti tersebut. Pasalnya, selama ini hanya diekspor gelondongan ke luar daerah dan tentunya kurang memberikan dampak secara ekonomis kepada petani mente.
“Kami berprinsip memperkuat kebutuhan di Flotim dari apa yang kami miliki. Kalau kurang, akan ditambahkan,” ujarnya. Ia juga menyebut masyaraknya juga membutuhkan kopi. Namun, tidak cukup kalau dipenuhi oleh petani-petani dalam kabupaten. Maka, ia mengharapkan, bisa bekerja sama dengan kabupaten penghasil kopi seperti tiga kabupaten di Manggarai dan Ngada.
Selanjutnya ialah Kabupaten Kupang. Bupati Korinus Masneno menyebut, daerahnya memiliki potensi yang cukup besar di sektor peternakan terutama sapi. Menurutnya, setiap tahun mereka dapat mengekspor kurang lebih 10 ribu ekor sapi ke Kalimantan, Jakarta dan Surabaya.
“Kami ingin kirim dalam bentuk daging. Bukan lagi dalam bentuh sapi hidup. Butuh kapal khusus untuk droping,” ujarnya. Selain sapi, ada juga jagung, kelapa dan jagung yang menjadi andalah dari kabupaten tersebut.
Bergeser ke Kota Kupang. Menurut Walikota Jefri Riwu Kore, walaupun tidak memiliki hasil alam, satu-satunya kota madya di NTT itu memiliki potensi yang sangat besar di sektor jasa dan perdagangan. Dia berharap, kerjasama dengan kabupaten-kabupaten lain dapat terjalin dengan baik sehingga bisa mengisi kekosongan yang ada.
Adapun dari Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Timur, potensi unggulan masih dari sektor peternakan dan perkebunan. Secara khusus Sumba Timur, hingga saat ini, yang tidak dimiki kabupaten lain ialah pengembangan rumut laut.
Sementara dari tiga kabupaten di Manggarai, yakni Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat, kopi masih menjadi potensi unggulan. Lebih khusus kabupaten Manggarai, ada proyek hortikultural dengan sistem sistem pertanian terintegrasi (Simantri) tengah digalakkan.
Bupati Kamelus Deno menyebut, proyek yang sudah dimulai sejak tahun 2017 itu telah berkembang dengan baik di kabupaten yang dipimpinnya itu. Infrastruktur hortikultural yang cukup memadai serta proses dampingan yang berkala menjadi variable keberhasilan.
“Sudah ada 20 green house yang memungkinkan hortikultural dapat bertahan sepanjang tahun, dari bulan Januari sampai Desember, walaupun cuaca tak menetu,” jelasnya.
“Terdapat 382 hektar lahan yang disiapkan dan sudah 248 hektar, yang sudah dimanfaatkan,” tutupnya.
ARJ/Floresa