“Dulla Barter Pantai Pede Untuk Dapat Kendaraan Politik di Pilkada 2015”

Bupati Mabar, Agustinus Ch Dulla
Bupati Mabar, Agustinus Ch Dulla

Floresa.co – Perubahan sikap Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dulla yang semula menyatakan setuju dengan perjuangan warga Mabar menolak privatisasi Pantai Pede, namun kemudian malah mendukung privatisasi dianggap sarat dengan kepentingan politik.

Himpunan Pemuda Mahasiswa Manggarai Barat (Hipmmabar) menilai, Dulla sedang menjadikan Pantai Pede sebagai barter politik untuk mendapat dukungan partai pada Pilkada Mabar tahun depan.

“Kita melihat saat ini, persaingan merebut kursi bupati Mabar sudah mulai memanas. Sejumlah kandidat sudah dipastikan mendapat dukungan dari partai tertentu. Dulla tampaknya sedang mencari dukungan partai PDI Perjuangan untuk dijadikan kendaraan politik pada Pilkada 2015”, kata Yosef Sampurna Nggarang, Ketua Hipmmabar saat diwawancarai Floresa.co di Jakarta, Sabtu (20/12/2014).

Ia menjelaskan, Dulla tahu bahwa Gubernur Frans Lebu Raya adalah pengendali PDIP di NTT.

“Karena itu, ia tidak mungkin menolak kata-kata Lebu Raya. Ia pasti sadar, agar dapat merebut hati Lebu Raya, maka menyerahkan Pantai Pede adalah salah satu jaminan penting”, tegas Yos.

Kata dia, kandidat lain yang sudah menyatakan diri maju dalam Pilkada Mabar sudah mendapat kendaraan politik.

“Sebut saja misalnya Matheus Hamsi yang tampaknya sudah pasti dapat dukungan dari Golkar, lalu Maksimus Gasa didikung oleh Gerindra”, katanya.

Ia menegaskan, indikasi ada kepentingan politik di balik perubahan sikap Dulla sangatlan jelas.

“Tidak mungkin ia berani menjilat ludah sendiri, kalau tidak ada imbalan yang bakal ia dapat”, kata Yos.

Ia mengaku sangat menyayangkan sikap Dulla.

“Ia bisa dengan enteng menginjak-injak kepentingan publik di Mabar hanya untuk memuaskan birahi merebut kursi bupati untuk kedua kalinya”, ujar Yos.

Ia menambahkan, jika Mabar beberapa tahun ke depan tetap dipimpin bupati dengan watak seperti Dulla, maka dipastikan, Mabar tidak akan mengalami perubahan.

Ia menyebut sejumlah contoh bagaimana Dulla gagal membawa perubahan, termasuk infrastruktur dasar, seperti jalan yang tidak mendapat perhatian.

“Jalan di Kecamatan Ndoso dari Momol ke Waning, kondisinya makin parah”, katanya.

Kondisi jalan di Kecamatan Ndoso yang masih rusak parah (Foto: dok Floresa)
Kondisi jalan di Kecamatan Ndoso yang masih rusak parah (Foto: dok Floresa)

Memang, kata Yos, di wilayah ini, pernah ada perbaikan bagian jalan sebulan yang lalu. “Namun, belum sampai sebulan, bagian yang diperbaiki itu sudah rusak kembali”, katanya.

Ia mengaku, melihat sendiri, aspal yang rusak kembali itu kemudian ditambal dengan semen.

“Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Kecamatan Ndoso, tetapi juga di daerah lain, seperti di Macang Pacar, Terang dan sejumlah wilayah lain.”

Yos juga mengganggap Dulla ingkar janji soal penyediaan air minum di Labuan Bajo, serta pembangunan rumah sakit.

“Ini semua litani kegagalan Dulla yang kasat mata”, katanya.

Sekarang, dalam kasus Pantai Pede, kata Yos, Dulla sedang mempertegas diri bahwa sebagai pemimpin, ia memang tidak menjadikan rakyat sebagai subjek yang harus ia layani.

“Dengan menyerahkan Pede, Dulla menunjukkan kepada publik, bahwa memang ia hanya mau memikirkan diri sendiri, kroninya dan masa depan kekuasaannya”, tegas Yos. (ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA