Ruteng, Floresa.co – Menyongsong pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang digelar pada 27 Juni 2018 mendatang, Keuskupan Ruteng mengadakan saresahan.
Kegiatan yang akan diselenggarakan di Aula Keuskupan Ruteng pada Sabtu, 19 Mei 2018 itu dimaksudkan untuk mendengarkan langsung pemaparan visi, misi, dan program para Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur NTT.
“Mereka diminta untuk mempresentasikan program mereka dan Gereja juga menyampaikan prinsip -prinsip nilai politik yang seyogyanya menjadi komitmen paslon seturut hasil Sinode 3,” ujar Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng Romo Martin Cen, Pr, Kamis, 17 Mei 2018.
Sebagai peserta, Keuskupan Ruteng akan menghadirkan seluruh pastor se-Keuspuan Ruteng, Dewan Pastoral Paroki-paroki di kota Ruteng, dan para pimpinan komunitas biara di Keuskupan Ruteng.
Selain itu, keuskupan juga mengundang pengurus organisasi kemasyarakatan (Ormas) Katolik seperti Pemuda Katolik (PK), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), serta organisasi kategorial Orang Muda Katolik (OMK).
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STKIP Santu Paulus Ruteng, BEM STIPAS Santu Sirilus, dan sejumlah tokoh muda juga akan menghadiri sarasehan tersebut.
Pada kesempatan tersebut, jelas Martin, seluruh umat yang hadir akan diberi kesempatan menyampaikan pikiran-pikiran demi terlaksananya Pilgub NTT yang jujur dan bermatabat.
“Gereja ingin mendorong ruang demokrasi publik di mana masyarakat aktif berdialog dengan paslon demi mendorong proses politik yang demokratis, jujur, dan damai,” kata Romo Martin.
Ia berharap para Cagub dan Cawagub mampu menyerap aspirasi-aspirasi umat berkaitan dengan kepentingan publik berdasarkan hasil Sinode 3 Keuskupan Ruteng.
Bertolak dari hasil Sinode 3, Keuskupan Ruteng ingin menyampaikan pelbagai hal dalam aspek ekonomi, politik, pendidikan, pariwisata, dan ekologi.
“Misalnya pembangunan ekonomi yang terkait dengan integritas ciptaan, pariwisata yang melindungi kepentingan masyarakat lokal, pendidikan yang berorientasi pada peningkatan mutu dan dukungan terhada eksistensi sekolah katolik,” tutur Martin.
Ferdinand Ambo/ EYS/ Floresa