Floresa.co – Floresa menjadi salah satu dari 13 media di Asia Tenggara yang terpilih dalam program STRIDES, sebuah beasiswa liputan isu-isu lingkungan dari Earth Journalism Network [EJN] dengan fokus pada dampak pembangunan infrastruktur terhadap lingkungan dan komunitas lokal.
Ryan Dagur, yang saat ini menjadi editor sekaligus pemimpin umum Floresa mendapat beasiswa tersebut bersama 16 jurnalis, yang antara lain berasal dari media Mongabay Indonesia, Bollo.id, Project Multatuli, Katadata, Kelung, Dewiku.com dan Kompas.com.
Selain itu, MindaNews/Bukidnon State University, Eco-Business, ABS-CBN News, dan Daily Guardian dari Filipina serta Cilisos Media dari Malaysia.
Manajer Project STRIDES Philip Gassert mengatakan tujuh belas jurnalis yang terpilih dalam program tersebut “telah menunjukkan kemampuannya dalam produksi liputan lingkungan yang menarik.”
“Para jurnalis akan mendapatkan pelatihan dari EJN, termasuk penekanan pada keamanan fisik dan digital selama beasiswa liputan berlangsung,” katanya.
Dengan dana liputan untuk program ini, kata dia, para jurnalis akan menulis tentang berbagai proyek, termasuk beberapa proyek terbesar di kawasan Asia Tenggara, dengan fokus pada isu lingkungan dan hak asasi manusia.
Ryan mengusulkan topik liputan terkait proyek-proyek infrastruktur di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT yang telah ditetapkan pemerintah pusat sebagai bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
“Secara khusus saya akan menulis bagaimana pembangunan properti wisata dan proyek lainnya di Labuan Bajo dan sekitarnya berdampak pada hilangnya ruang publik, sekaligus berdampak langsung terhadap penghidupan masyarakat pesisir, khususnya nelayan,” katanya.
Saat ini, kata dia, Labuan Bajo sedang menjadi sasaran proyek yang memicu beragam persoalan, termasuk pengabaian hak-hak komunitas masyarakat lokal.
Tujuh belas jurnalis yang terpilih telah mulai mengikuti pelatihan secara daring selama lima hari sejak 28 Oktober dan pelatihan luring di Jakarta pada 5-6 November.
Pelatihan tersebut untuk mengasah kemampuan melakukan liputan tentang pembangunan infrastruktur serta dampak-dampaknya bagi lingkungan dan hak asasi manusia.
STRIDES, singkatan dari Strengthening Transparency in Infrastructure Development Through Environmental Reporting in Southeast Asia, merupakan program dua tahunan yang diinisiasi oleh Internews melalui EJN.
Program ini melibatkan beberapa kolaborator, seperti Environmental Reporting Collective, the Institute for Policy Studies and Media Development in Vietnam, Malaysiakini, Lyf Solutions and the Philippine Network of Environmental Journalists, the Society of Indonesian Environmental Journalists danThe Thai Society of Environmental Journalists.
Program kali ini adalah yang kedua. Program pertama dilakukan pada awal tahun ini, melibatkan 14 jurnalis, dengan pelatihan luring yang digelar di Bangkok, Thailand.
Pendanaan STRIDES untuk liputan-liputan mendalam, menurut EJN, bertujuan meningkatkan kesadaran publik sekaligus mendorong perhatian pemerintah dan korporasi dalam melihat persoalan degradasi lingkungan dan pengabaian masyarakat lokal akibat proyek infrastruktur.
“Asia Tenggara dirancang menjadi kawasan ekonomi terbesar keempat dunia pada 2030, dengan estimasi investasi lebih dari 184 miliar dolar Amerika Serikat per tahun dalam bidang infrastruktur untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya,” kata EJN.
Sementara itu, berbagai komunitas masyarakat lokal, termasuk perempuan, anak-anak, masyarakat adat, migran dan penduduk pedesaan berada dalam risiko kerentanan tinggi, sebab mereka bergantung pada alam sebagai mata pencahariannya.
Pemimpin Redaksi Floresa, Herry Kabut berterima kasih kepada EJN yang memilih Floresa untuk ketiga kalinya dalam program beasiswa liputan.
Liputan Floresa yang pertama kali didanai EJN pada akhir 2023 terkait isu petani kopi Colol di Kabupaten Manggarai Timur yang menghadapi penurunan produktivitas, di tengah minimnya perhatian pemerintah.
Seri kedua dari liputan tersebut terkait sengketa lahan berkepanjangan di kawasan pertanian kopi tersebut, yang pernah memakan korban jiwa dan terus berlangsung hingga kini.
Sedangkan liputan kedua pada Maret 2024 terkait warga adat Baar di Kecamatan Riung, pantai utara Flores di Kabupaten Ngada, yang berjuang mempertahankan adatnya demi konservasi mbau, nama lokal untuk Komodo.
“Kami tentu memanfaatkan ini sebagai wahana belajar agar terus meningkatkan profesionalisme dalam kerja-kerja jurnalistik yang bermutu,” kata Herry.
Ryan Dagur berkata, pengalaman pelatihan, mentoring dan pengerjaan liputan ini akan dibagikan kepada jurnalis lainnya, baik dari Floresa maupun jurnalis lainnya.
“Peluang mendapat beasiswa liputan dari lembaga global seperti ini amat terbuka untuk semua jurnalis, termasuk yang bekerja pada media-media skala lokal. Kuncinya pada komitmen untuk mau terus belajar mengembangkan kapasitas.” katanya.
Berdiri sejak satu dekade lalu, Floresa yang berbasis di Labuan Bajo memilih fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan publik, termasuk dalam implementasi proyek-proyek pembangunan, baik di bidang infrastruktur, pariwisata maupun energi.
Editor: Anno Susabun